BOJONEGORO, Tugujatim.id – Ada dua versi sejarah terbentuknya nama Gajah Bolong, sebuah nama jalan yang berada tepat di Dusun Mongkrong, Kecamatan Baureno Bojonegoro yang belum diketahui banyak orang.
Nama Gajah Bolong awalnya diambil dari sebuah mitos lubang sebesar gajah dewasa, yang digunakan sebagai perjalanan gaib. Lubang tersebut membentang sepanjang kurang lebih 70 meter di bawah tanah kosong (yang sekarang menjadi Taman Gajah Bolong) menuju sendang (yang sekarang adalah Kantor Kecamatan Baureno). Kedua tempat tersebut hanya terpisah jalan raya Babat-Bojonegoro.
Dulunya sendang tersebut digunakan warga sekitar untuk nyawiji ing pangeran atau biasa disebut dengan nyadran.
“Kecamatan itu dulunya sendang (kolam perairan di tengah pegunungan, red) dan ada kuburannya juga.. Di situ dulu dipakai acara nyawiji ing pangeran alias nyadran,” ujar Abdul Rahman selaku pengurus RT Desa Mongkrong, Kecamatan Baureno Bojonegoro, saat ditemui Tugu Jatim Rabu (27/01/2021) lalu.
Konon katanya lubang tersebut nyata adanya namun hanya digunakan sebagai perjalanan gaib. Perlu diketahui, di bawah Kantor Kecamatan Baureno hingga saat ini diyakini masih ada air yang mengalir seperti sebuah sendang.
Versi Patung Gajah Berlubang yang Ditembak Penjajah
Versi kedua yaitu mengenai patung gajah yang berada di depan rumah tua berpagar hijau menghadap ke selatan, yang berada tepat di sebelah barat Perempatan Gajah Bolong, Dusun Mongkrong, Kecamatan Baureno Bojonegoro.
Patung tersebut dibangun oleh seseorang bernama Mbah Sudjono (Alm) yang juga merupakan pemilik rumah dengan arsitektur kuno itu. Konon ketika ada perang agresi militer Belanda, patung gajah itu ditembak oleh para penjajah Belanda sehingga patungnya bolong atau berlubang.
“Patung itu dibangun sejak zaman Belanda, pernah kena mortir akhirnya bolong, itulah kenapa dibilang Gajah Bolong,” ungkap Abdul Rahman.
Dari beberapa mitos mengenai sejarah terciptanya nama Gajah Bolong tersebut Abdul Rahman mengatakan semua tergantung kepercayaan masing-masing individu.
“Lubang sebesar gajah itu merupakan mitos atau legenda yang versi ghoibnya, nah kalau gajah itu versi nyatanya, terserah setiap orang mau percaya yang mana,” tuturnya.
“Pak Sudjono bangun patung gajah itu biar ikonnya orang tidak melenceng, maksudnya biar tidak berfikiran negatif,” tambahnya.
Patung Gajah Bolong itu mampu melintas zaman. Sejak zaman kolonial Belanda hingga saat ini masih berdiri kokoh. Generasi saat ini bisa melihat dan mencermati adanya sejarah pergolakan dengan Belanda, di kawasan Kecamatan Baureno.
Sejarah Dusun Mongkrong
Selain itu ada mitos penamaan Dusun Mongkrong berawal dari jaman penjajahan, ada seorang selir atau istri seorang penjajah Belanda yang di hakimi kemudian dikubur berdiri.
“Dulu itu ada selirnya kompeni, orang pribumi di selir (diperistri) sama orang Belanda, terus sama warga setempat itu dihakimi, dikuburnya secara berdiri terus dia tertimpa tanah akhirnya terkubur dalam keadaan tubuh jongkok atau dalam bahasa jawa disebut mongkrong, akhirnya dinamakan Dusun Mongkrong,” jelas Abdul Rahman.
Terakhir, ia berharap agar mitos-mitos yang beredar di masyarakat bisa tergali dengan benar agar tidak menimbulkan fikiran-fikiran negatif.
“Semoga nanti kedepannya mitos-mitos bisa tergali pelan-pelan, bisa meluruskan hal-hal yang dianggap mitos,” pungkasnya. (Mila Arinda/gg)
Taman Gajah Bolong, Ruang Terbuka Hijau Baru Milik Warga Bojonegoro