MOJOKERTO, Tugujatim.id – Sosialisasi pendidikan politik pemilih pemula dikemas berbeda oleh Sekretaris Eksekutif Unim Mojokerto Dr Sakban Rosidi. Acara sosialisasi yang berlokasi di Aston Mojokerto Hotel, Selasa (17/09/2024), tidak hanya diisi dengan materi tentang pemilu saja. Dr Sakban juga mengajak peserta sosialisasi bernyanyi bersama.
Rampung bernyanyi bersama, Sekretaris Eksekutif Unim Mojokerto Dr Sakban lantas memberikan materi inti. Banyak hal tentang pemilu yang disampaikan oleh Dr Sakban, terutama tentang pentingnya peran pemilih pemula dalam kontestasi pemilu.
“Mengapa peran pemilih pemula penting? Karena suara yang mereka berikan ikut menentukan legitimasi pemimpin hasil pemilihan umum,” kata Dr Sakban, Rabu (18/09/2024).
Baca Juga: Projo Serahkan Dukungan kepada Riyadi-Wafi, Optimisme Menguat untuk Pilkada Tuban 2024
Selain itu, Dr Sakban juga menyinggung bagaimana melahirkan pemilih bernalar. Indonesia, Dr Sakban melanjutkan, Indonesia butuh pendidikan politik, tetapi bukan sekadar sebagaimana diajarkan dan dicontohkan oleh para praktisi politik (politicians). Indonesia butuh pendidikan politik sebagaimana dikaji-kembangkan oleh para ahli ilmu politik (political scientists).
Sebab, hanya dengan pembagian tugas demikian, kemuliaan politik sebagai teknologi sosial bisa mencapai dua tujuan sekaligus, yaitu menekan hingga serendah mungkin naluri biologis manusia, dan meningkatkan setinggi mungkin nurani sosial manusia.
Para peneliti boleh mengutip terus-menerus tipologi pemilih dalam berbagai pemilu kita. Ada pemilih rasional, pemilih tradisional, pemilih kritis, dan pemilih skeptis, dan belakangan pemilih cerdas (rational, traditional, critical, skeptical and smart voters).
“Tetapi, sebenarnya ada satu lagi jenis pemilih yang harus ditumbuh-kembangkan, yaitu pemilih berpenalaran (reasonable voters),” sambung Dr Sakban.
Tindakan rasional (rational action) yang menjadi acuan teori pilihan rasional adalah tindakan yang mempertimbangkan keuntungan dan kerugian. Karena itu, pemilih rasional tak lain adalah orang yang menetapkan pilihannya berdasarkan pertimbangan kepentingan dan atau keuntungan pribadi.
Sedangkan tindakan berpenalaran (reasonable action) adalah tindakan yang didasarkan pada penalaran yang orientasinya adalah kebenaran, kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan keindahan.
Baca Juga: Laga Perdana Liga Champions AC Milan vs Liverpool: The Reds Bungkam Rossoneri 1-3 di Kandang Sendiri
“Sekadar contoh saja. Bila ada calon kepala daerah berjanji melaksanakan program wajib belajar dengan pembiayaan negara, jaminan kesehatan dengan pembiayaan negara, peningkatan ekonomi rakyat kecil dengan jaminan negara, dan sebagainya, sangat mungkin tidak relevan dengan kepentingan saya pribadi,” ujarnya.
Sebab, bagi Dr Sakban, ada alasan mengapa janji tersebut sangat mungkin tidak relevan baginya. Pria alumni Doktor Manajemen Pendidikan dan istrinya sudah berpendidikan formal tertinggi. Selain itu, Dr Sakban sekeluarga sudah memiliki dan mampu membiayai kesehatan sendiri.
“Jadi, sangat jelas kalau janji-janji kampanye seperti itu tidak menyentuh kepentingan saya dan keluarga. Tetapi, sungguh berdasarkan pertimbangan etika dan penalaran moral, saya dan keluarga akan memilih para calon presiden, gubernur, bupati atau wali kota yang menurut kami memiliki komitmen kuat untuk mewujudkan janji-janji politik tersebut. Inilah yang saya sebut para pemilih berpenalaran moral (moral reasonable voters),” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati