MALANG, Tugujatim.id – Permasalahan semakin menyempitnya lahan timbunan sampah terbuka (open dumping) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supiturang Kota Malang mulai menemui titik terang. Lantaran, sistem sanitary landfill akan segera resmi beroperasi.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau sendiri kesiapannya didampingi oleh Wali Kota Malang Sutiaji dan Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Jatim M. Reva Sastrodiningrat pada Selasa (16/03/2021).
Seperti diketahui, Malang menjadi satu daerah yang menjadi piloting project dari Kemen PUPR dalam Program Emission Reduction in Cities–Solid Waste Management (ERIC-SWM) melalui 3R (Reuse, Reduse, dan Recycle).
Khofifah menyampaikan, dari adanya sanitary landfill senilai Rp 195 miliar ini banyak manfaatnya. Selain pengelolaan sampah, juga memiliki sisi multiplier profit bernilai ekonomis dengan dijadikan sebagai pupuk kompos pertanian organik.
“Potensi multiplier profitnya cukup besar. Apalagi, di Kota Malang sendiri bisa mengolah hingga 400 ton sampah per hari. Harapannya, suplai kompos bisa lebih signifikan,” jelas dia pada awak media usai meninjau.
Jika berhasil, dalam jangka panjang di kawasan ini juga bisa diproyeksi menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS). Rencana ini wacananya akan direalisasikan dalam kurun 2 tahun ke depan.
“Prosesnya ya dimulai dengan menyiapkan sanitary landfill ini. Dimulai dari building pemanfaatan pengolahan kompos,” harapnya.
Sementara itu, menurut Wali Kota Malang Sutiaji, dari serah terima ini, operasional sanitary landfill akan segera dilaksanakan sembari menunggu tenaga terampil yang telah melakoni sejumlah pelatihan.
“Tentu akan segera kami tindak lanjuti. Anggaran operasionalnya pun telah disiapkan pada 2021,” jelasnya.
Kendati begitu, pihaknya tetap harus memikirkan dampak baru di 5 tahun ke depan karena lahan di TPA sudah sangat terbatas. Di lain sisi, kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah sejak dini harus ditingkatkan.
Tujuan utama dari proyek ini memang terletak pada pola hidup memilah sampah di suatu daerah.
“Apalah artinya pembangunan ini jika tidak ada kesadaran dari bawah untuk memilah sampah. Tentu sosialisasi pada masyarakat untuk memilah sampah akan terus kami masifkan,” ujarnya. (azm/ln)