Tugujatim.id – Selain dengan wartawan senior yang produktif menulis buku Nurcholis MA Basyari, saya juga intensif komunikasi sama mantan copy editor (editor bahasa) Jawa Pos Yarno Wiryo. Di samping buku empat tahun persahabatan saya dengan direktur utama Duta Anggada Realty Ventje Suardana, saat kami ngobrol tiba-tiba muncul ide membukukan tentang kiprah kedua buah hati saya: Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana.
“Ide yang menarik Pak Aqua. Selama ini kiprah Mbak Alira dan Mas Ero luar biasa. Tulisan tentang mereka juga sudah banyak dikirimkan ke ribuan anggota Komunitas Komunikasi Jari Tangan. Insya ALLAH segera saya kumpulkan semua tulisannya dan kirim ke Pak Aqua,” ujar Yarno.
Setelah komunikasi sama Yarno, saya langsung menghubungi Nurcholis. Menyampaikan ide membukukan kipra Alira-Ero. Sekaligus meminta masukannya.
Sebelumnya saya sudah membayangkan bapak empat anak yang menjadi asesor Uji Kompetensi Wartawan PWI Pusat itu akan mendukung penuh ide tersebut. Pengalaman selama ini, Nurcholis selalu memberikan dukungan berbagai gagasan yang saya sampaikan.
Tidak hanya itu. Nurcholis juga memberikan banyak masukan terhadap ide-ide yang disampaikam. Dengan begitu hasilnya maksimal.
“Mas Aqua kiprah Alira-Ero yang mendunia sangat layak dibukukan. Selain kuliah, selama ini mereka aktif di berbagai kegiatan sosial. Karya mereka telah dirasakan banyak orang dan bermanfaat sekali,” ungkap Nurcholis.
Buku Alira-Ero Dikerjakan Diam-Diam dan Rahasia
Saya meminta Nurcholis untuk memimpin proyek pengerjaan dua buku itu. Selama ini saya sudah sangat percaya pada pendiri Koran Jakarta tersebut. Saya sangat puas dengan kinerjanya yang selalu optimal.
Salah satu kepercayaan saya kepada Nurcholis adalah memberikan amanah sebagai ketua rombongan umroh The Power of Silaturahim (POS) seumur hidup. Sejak 2017 lalu beliau sudah memimpin rombongan POS I, II, dan III yang jumlahnya 124 orang. Seharusnya POS IV sebanyak 43 orang berangkat pada 15 April 2020 lalu. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat rencana itu ditunda.
Meski dalam suasana pandemi Covid-19, kami sangat semangat menuntaskan pengerjaan dua buku itu. Kami bertekad menyelesaikan bukunya tepat waktu dan hasilnya maksimal.
Bersamaan dengan pengumpulan data yang dilakukan Yarno, saya bersama Nurcholis dan mantan Wakil pemimpin redaksi Jawa Pos Fuad Ariyanto yang akrab dipanggil Cak Fu mendiskusikan orang-orang yang perlu dikontak untuk dimintai pendapat tentang kiprah Alira-Ero.
Mereka tidak hanya teman-teman akrab Alira-Ero yang tahu persis tentang aktivitas kedua sahabat karibnya. Saya juga mengontak guru Alira dan dosen Ero.
Kami semua sepakat bahwa proyek buku ini dikerjakan diam-diam dan rahasia. Alira-Ero sebagai tokohnya sama sekali tidak mengetahui tentang pengerjaan buku mereka.
Kami ingin memberikan kejutan yang merupakan hadiah istimewa buat Alira-Ero. Alhamdulillah semuanya mendukung. Rahasianya terjaga dengan baik hingga bukunya terbit.
Saat mengedit bukunya, Nurcholis dan Cak Fu bolak-balik kontak saya. Meminta saya melengkapi data terkait Alira-Ero termasuk dari teman-teman mereka. Dengan senang hati saya melakukan semua pesan mereka.
Alira-Ero telah Menorehkan Prestasi yang Menjadi Idaman Semua Orangtua
Alhamdulillah di masa pandemi Covid-19 ini, lahir dua buku lain Trilogi The Power of Silaturahim. Buku trilogi kedua berjudul Humanisme Silaturahim Menembus Batas: Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengatasi Sejuta Perbedaan). Buku trilogi ketiga berjudul Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial: Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat untuk Sesama.
Kedua buku tersebut lahir dari hasil kolaborasi tim yang bekerja secara online atau dalam jaringan (daring). Enam bulan lebih Nurcholis memimpin tim penyusunan buku tersebut secara virtual. Selama satu semester lebih itu, tim intensif duduk bareng dalam satu ruang virtual di rumah masing-masing. Satu-satunya momen duduk bareng satu meja dalam arti sebenarnya terjadi saat saya dan Nurcholis “menyepi” di Hotel Courtyard Marriott Seminyak, Bali, untuk finalisasi dan sinkronisasi akhir konten kedua buku tersebut pada 3-4 November 2020.
Di luar itu, hingga kedua buku itu naik cetak, kami sama sekali tidak pernah bertemu tatap muka dengan anggota tim lainnya. Nurcholis di kawasan Kukusan, yang bersebelahan dengan Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat. Cak Fu bekerja dari kawasan Sukosemolo, Surabaya, Jawa Timur. Yarno yang bertindak sebagai editor bahasa juga mengerjakan tugasnya dari sudut lain Kota Pahlawan itu.
Koordinator tim desain, ilustrasi, dan layout Iwhan Sudarwanto bekerja dari Bekasi, Jawa Barat. Anggota timnya, yakni Yudis Susanto dan Surya Wihartanto bekerja dari tempat terpisah di Ibu Kota Jakarta. Dengan dua nama ini, Nurcholis bahkan belum pernah sekali pun bertemu tatap muka. Selama ini, mereka berkomunikasi intensif via telefon, pengiriman pesan singkat, dan email. Satu-satunya anggota tim yang bekerja bareng secara daring maupun luring (luar jaringan) atau offline dengan Nurcholis hanyalah Nur Habibur Rohman “Habib” Assalavi. Pemuda yang baru lulus dari Politeknik Negeri Jakarta (sebelumnya Politeknik UI) itu adalah putra kedua Nurcholis dan mereka tinggal serumah.
Buku Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial berkisah tentang kiprah sosial kakak-beradik Alira-Ero Dwipayana. Di usia yang cukup muda –masih kepala dua, Alira-Ero telah menorehkan prestasi yang menjadi idaman semua orangtua. Prestasi itu tidak hanya mereka ukir dalam kaitannya dengan capaian pendidikan atau lingkungan kampus. Di luar itu, yang tentu membuat saya dan Retno sebagai orangtua mereka bahagia dan sangat bersyukur ialah Alira-Ero telah menorehkan karya dalam kiprah mereka di bidang sosial-kemanusiaan.
Kepedulian sosial terhadap sesama itu dilakukan di tengah kesibukan kakak-beradik itu bersekolah di SMA Regina Pacis Bogor, Jawa Barat, dan sesudahnya. Saat Alira kemudian kuliah di Korea University Business School dan bekerja di perusahaan farmasi Daewoong di Korsel, dia terus melanjutkan kiprah sosialnya.
Hal yang sama juga dilakukan Ero yang kini mahasiswa semester VII Fikom Unpad Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Kiprah mereka selengkapnya tersaji di buku setebal 293 yang dibubuhi kata pengantar oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo ini.
Kedua buku tersebut dan buku sebelumnya, yang super best seller yakni The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi memang layak dirangkaikan sebagai karya trilogi The Power of Silaturahim. Tulisan dan kisah-kisah yang termuat di dalamnya merefleksikan kisah sukses yang ditopang oleh kekuatan silaturahim.
Buku super best seller The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi sejak pertama kali terbit pada April 2016 sampai sekarang telah delapan kali cetak sebanyak 160 ribu eks. Peminatnya banyak sekali. Alhamdulillah…
Semoga dua buku baru yang masuk dalam buku Trilogi The Power of Silaturahim yang berjudul Humanisme Silaturahim Menembus Batas: Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengatasi Sejuta Perbedaan) serta Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial: Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat untuk Sesama super best seller seperti buku sebelumnya The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi. Aamiin ya robbal aalamiin… (BERSAMBUNG)
Dari Bogor sambil menikmati dan mensyukuri hari kedua di 2021 ini, saya ucapkan selamat meningkatkan kinerja di masa pandemi Covid-19. Salam hormat buat keluarga. 12.00 02012021😃<<<
