Silaturahmi dengan Vivi Apriliana, Alumnus Kesehatan Poltekkes Malang yang Memilih Jadi Pengusaha Mebel

Malang. (Foto: Dokumen/Tugu Jatim)
Depan, Sandi Puwanto (kiri) dan Vivi Apriliana (kanan), belakang Achmad Faisol (kiri), Herlianto. A (kanan) saat berbincang di salah satu warung kopi, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Rabu (17/11/2021). (Foto: Dokumen)

MALANG, Tugujatim.id – Saya beranjak ke satu warung kopi di kawasan Dau, Kabupaten Malang, Rabu (17/11/2021), pukul 17.00. Sebelumnya sudah membuat janji untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan sosok inspiratif yaitu Vivi Apriliana, pengusaha mebel asal Kota Malang sekaligus alumnus jurusan kesehatan gizi.

Rencana silaturahmi ini sebelumnya diatur oleh Achmad Faisol, salah satu pendamping UMKM dari Kemenaker untuk wilayah Malang Raya, Blitar, Tulungagung, dan Kediri. Pemuda yang juga pendiri Mega Digital Nusantara (MDN) ini memang sedang mendampingi Vivi untuk memaksimalkan digital marketing mebelnya.

Hujan gerimis turun di kawasan Dau waktu itu, setelah memesan susu hangat. Saya mengenakan jaket agar sedikit hangat. Belum selesai merapikan jaket, Achmad Faisol sudah datang. Kami berbincang ringan, dan setengah jam kemudian Vivi bersama suaminya, Sandi Puwanto, juga tiba di lokasi.

Kami berbincang santai saat itu, terutama seputar usaha mebel dan digital marketing. Vivi yang sekaligus pengusaha dapat sharing banyak hal seputar pengalamannya di dunia mebel. Menariknya, perempuan asli Malang tersebut tidak memiliki background mebel. Dia adalah alumnus Jurusan Gizi Poltekkes Idjen Malang. Tapi, kemudian nekat berbisnis produksi furnitur.

“Saya lulus Poltekkes 2009, setelah itu kerja di mana-mana, bahkan ada yang tidak sesuai jurusan,” kata dia.

Rupanya alumnus SMAN 12 Malang ini pernah bekerja di Rumah Sakit Prasetya Husada, Permata Bunda, dan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Ini pekerjaan yang linear dengan jurusannya. Dia juga bekerja di luar bidang, di antaranya, di Telkom dan pabrik kaca.

“Kalau yang kerja di kesehatan rata-rata tidak lama, di RSSA hanya dua bulan. Justru yang beda bidang terbilang lama, di Telkom saya hampir tiga tahun,” kata dia.

Namun, pada akhirnya perempuan yang kini dikaruniai tiga anak itu memilih berhenti dari semua tempat kerja tersebut. Alasannya sangat sederhana, dia tidak suka bekerja ikut orang.

Mindset saya dari awal itu tidak senang kerja pada orang, Mas,” kata dia.

Dia mengatakan ingin memiliki usaha sendiri.

“Dari awal saya ingin usaha sendiri. Apa pun yang terjadi, apa pun usahanya terserah wes,” imbuhnya.

Prinsip itulah yang membuatnya berani memulai usaha sendiri meski tidak sesuai bidangnya. Pada 2017, dia mulai berbisnis mebel yang kini memiliki nama The Jagad Mebel.

Untuk diketahui, The Jagad Mebel memproduksi segala jenis furnitur, mulai dari kursi, meja, dipan, lemari, sampai kusen dan pagar rumah. Di tahun itu, sudah ada orderan satu-dua item selama sebulan. Biasanya dikerjakan oleh sang suami yang saat itu masih bekerja di Gatra. Pulang kerja, sang suami mengerjakannya hingga malam hari, lalu besoknya pergi kerja lagi.

“Kadang dia (suami) kerja sampai jam satu pagi. Pukul 06.00, dia harus berangkat kerja. Kan kayak gitu tidak enak, akhirnya dia resign juga, Mas,” kata dia. Selain orderan yang belum banyak di awal-awal, kendala lain yang muncul adalah soal pemasaran. Karena memang Vivi basic-nya di kesehatan, bukan di bisnis. Dia coba memanfaatkan medsos, seperti Facebook dan Instagram tetapi tidak maksimal.

“Ternyata, katanya pemasaran di Instagram ada tekniknya, tapi saya tidak paham,” katanya polos.

Karena itu, yang membuatnya kini belajar memanfaatkan digital marketing. Dia menggandeng Achmad Faisol selaku coach dari Mega Digital Nusantara (MDN). Harapannya, penjualan produknya semakin meningkat. Selama ini dia hanya menargetkan sebanyak 2 atau 3 item dalam seminggu.

“Saya ada karyawan 4 orang, Mas. Jadi target seminggu dua penjualan minimal,” kata dia.

Keunikan Jagad Mebel ini adalah furniturnya dibuat by custom. Jadi, model dan desain furnitur yang dibuat sesuai dengan permintaan dan keinginan pembeli. Hal ini sekaligus sebagai bentuk pelayanan.

“Kami mengutamakan kualitas dan pelayanan, Mas. Dan desain ini kami berikan sebagai pelayanan, artinya customer tidak bayar untuk desainnya,” kata dia.

Sementara untuk desainnya dibuat oleh Vivi sendiri. Kemampuan desain ini dia pelajari secara otodidak dengan bantuan YouTube.

“Kalau desain dibuatkan orang, kami mesti bayar Rp 500 ribu per desain. Makanya saya belajar sendiri,” tutur alumnus SMPN 16 Malang itu.

Selain itu, sebagai bentuk pelayanan, Vivi juga mengutamakan jika ada komplain. Katakkanlah ada hasil yang dianggap tidak cocok oleh pelanggan, dia langsung datang untuk memperbaikinya.

“Kami itu pelayanan jadi nomor satu, misalnya masih ada yang bilang Mbak ini kok gini, kurang gini. Maka kami langsung memperbaikinya, tidak menunggu bulan depan. Jadi hari ini ada komplain, besoknya kami datangi,” tuturnya.

Berkat pelayanan tersebut, kini Vivi miliki omzet Rp 50 juta per bulan. Para pelanggannya datang dari Tulungagung, Sidoarjo, Surabaya, dan Pandaan. Pemesannya rata-rata untuk rumah tangga.

“Tapi bulan depan ini ada orderan dari Jogja,” kata dia.

Saat ditanya apa perbedaan kerja pada orang dan kerja mandiri. Menurut dia, enaknya kerja sendiri bebas. Sementara tidak enaknya ada tanggung jawab tersendiri.

“Enaknya, omzet saya tergantung kerja saya. Nggak enaknya pusing Mas, terutama saat memikirkan target. Mikirkan gajinya pegawai. Dulu saya pikir jadi bos itu enak. Sekarang saya merasakan ternyata nggak enak, ngelu,” kata dia.

Tak lupa Vivi juga bercerita tentang persaingan bisnis mebel di Kota Malang. Menurut dia, persaingannya sangat ketat dan selalu terjadi perang harga. Makanya, dia memberi harga yang tengah-tengah untuk produknya. Harga jualnya tidak mahal dan tidak murah. Karena yang lebih mahal ada banyak di Kota Malang, yang lebih murah juga ada.

“Tapi yang lebih murah untuk kualitas dan pelayanan saya tidak tahu,” tuturnya.

Sementara itu, Achmad Faisol memberikan masukan soal digital marketing. Menurut dia, penggunaan digital marketing sudah tidak bisa dihindari di era Internet of Thing (IoT) saat ini. Karena itu, dia menyarankan dan siap memberi pendampingan untuk The Jagad Mebel agar maksimal penjualannya di dunia digital.

Mendengar cerita pengusaha yang berani banting setir sekalipun tidak memiliki backgroud usaha tersebut, saya sangat terkesan dan terinspirasi. Menurut saya, itu suatu keberanian yang luar biasa. Umumnya, orang-orang berpikir berkali-kali untuk melakukan itu. Tapi, Vivi melakukannya dengan sangat berani dan ternyata berhasil.