Tugujatim.id – Belum lama ini, publik dihebohkan dengan kabar aktor kondang Aliando Syarief yang mengaku mengidap gangguan mental OCD. Publik pun bertanya-tanya, bagaimana seluk beluk masalah kesehatannya yang terganggu. Apa sih penyebabnya dan bagaimana gejala, pengobatan, dan pencegahan penyakit OCD?
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah sejenis gangguan mental yang mengakibatkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang seperti yang dialami Aliando Syarief. Bila tidak melakukannya, pengidap OCD akan merasa cemas atau ketakutan.
Sementara itu, melansir dari klikdokter.com, OCD ialah gangguan perilaku kronis yang mengakibatkan pengidapnya tidak memiliki kontrol atas pikiran-pikiran obsesif dan perilakunya yang kompulsif atau berulang-ulang. Penyakit OCD bisa dialami siapa pun, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Penyebab dan Faktor Risiko OCD
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab penyakit OCD. Namun, dilansir oleh klikdokter.com, ada beberapa faktor yang dapat memperbesar risiko terkena gangguan ini, di antaranya:
1. Faktor keturunan/genetik. Orang yang lahir dari keluarga pengidap OCD, memiliki risiko terkena gangguan mental ini.
2. Faktor struktur dan fungsi otak. Adanya perbedaan struktur pada bagian korteks frontal (bagian otak di belakang dahi) yang bertugas untuk berpikir, merencanakan, memutuskan, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, dan berempati pada pasien OCD.
3. Lingkungan itu memengaruhi seseorang yang pernah mengalami kekerasan, baik fisik, psikis, maupun seksual saat anak-anak ataupun trauma kekerasan lainnya, berisiko lebih besar mengalami OCD.
Gejala OCD
Melansir dari halodoc.com, gejala gangguan OCD bisa berupa obsesi, kompulsi, atau keduanya. Obsesi adalah pikiran yang berulang, dorongan, atau gambaran mental yang mengakibatkan kecemasan. Sementara itu, kompulsi adalah perilaku berulang seseorang dengan OCD merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif.
Contohnya, takut kuman, takut berbuat kesalahan, takut dipermalukan, pikiran agresif tentang diri sendiri atau orang lain, pikiran ragu-ragu berlebihan, pembersihan berlebihan atau mencuci tangan berulang-ulang, memesan, dan mengatur sesuatu berkali-kali, dan lain-lain. Gejala-gejala ini dapat mengganggu semua aspek kehidupan, seperti pekerjaan, sekolah, dan hubungan pribadi. Gejala ini bisa datang dan pergi, mereda seiring waktu, atau memburuk.
Diagnosis OCD
Melansir dari halodoc.com, mendiagnosis OCD seperti yang dialami Aliando Syarief itu dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes laboratorium untuk pemeriksaan hitung darah lengkap (CBC), pemeriksaan fungsi tiroid, dan skrining untuk alkohol dan obat-obatan.
Selain itu, menurut laman alodokter.com, diagnosis OCD juga ditambah pemeriksaan mendalam tentang pikiran, perasaan, gejala, dan pola perilaku. Penderita dengan wawancara oleh psikiater yang disebut evaluasi psikologis.
Pengobatan OCD
Ternyata, gangguan OCD tidak bisa disembuhkan. Namun, gejala yang mengganggu aktivitas pengidap dapat diredakan dengan menjalani beberapa perawatan. Melansir dari halodoc.com, pengobatan OCD terdiri dari obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya. Selain itu, gangguan mental lain seperti kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh yang mungkin dialami penderita OCD harus dipertimbangkan untuk menentukan opsi perawatan.
Obat yang diberikan untuk meredakan gejala OCD yaitu serotonin reuptake inhibitors (SRIs) dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Selain itu, beberapa obat lain yang juga terbukti efektif mengatasi OCD pada orang dewasa dan anak-anak adalah obat antidepresan trisiklik.
Jika gejala tidak membaik dengan jenis obat ini, penelitian menunjukkan beberapa pasien dapat merespons dengan baik terhadap obat antipsikotik. Meski sebagian besar pengidap OCD membaik setelah mendapatkan pengobatan, tapi beberapa pengidap lainnya terus mengalami gejala.
Masih dari sumber yang sama, selain obat-obatan, psikoterapi juga efektif untuk meredakan OCD pada orang dewasa dan anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi lainnya dapat sama efektifnya dengan obat bagi banyak individu.
Penelitian juga menunjukkan bahwa tipe CBT yang disebut Exposure and Response Prevention (EX/RP) efektif dalam mengurangi perilaku kompulsif penderita OCD. Bagi banyak penderita OCD, EX/RP adalah pilihan pengobatan alternatif ketika obat SRI atau SSRI tidak efektif mengatasi gejala OCD.
Pencegahan OCD
Dijelaskan oleh klikdokter.com, penyakit OCD tidak dapat dicegah. Upaya antisipasi yang bisa dilakukan hanya dengan diagnosis dini dan terapi yang sesuai untuk meredakan gejala OCD.