Tugujatim.id – Tradisi di Jawa Tengah, khususnya di Kota Solo, masih terus dilestarikan meski mulai memudar di kalangan milenial. Namanya tradisi rewangan.
Tradisi rewangan dilakukan saat mendapatkan undangan pesta atau hajatan di mana penyelenggaranya jarang menggunakan jasa katering untuk makan para tamu. Tapi, mereka justru memakai jasa para warga sekitar untut turut membantu mempersiapkan makanan dan minuman untuk para tamu. Mereka akan gotong royong untuk menyukseskan acara.
Tradisi rewangan ini sering kali ditemukan di wilayah pedesaan yang ada di Jawa Tengah. Tradisi ini cukup menguntungkan bagi yang punya hajatan jika bujet tidak terlalu banyak. Pembagian tugas dari rewangan ini tidak terlalu spesifik, masyarakat dengan sendirinya langsung mengerjakan apa yang harus dilakukan atau belum dikerjakan.
Menariknya, tradisi rewangan ini tidak mematok tarif. Sebab, tradisi ini kegiatan sukarela dari warga sekitar. Namun tidak ada paksaan juga bagi tuan rumah untuk memberi uang kepada masyarakat sebagai bentuk rasa terima kasih.
Tradisi ini bagi masyarakat Jawa merupakan hal wajib yang harus dilakukan karena jika ada satu warga yang tidak mau rewang maka ada sanksi sosial tersendiri yang akan diterima. Contohhnya jika ada tetangga memiliki hajatan, semua tetangga ikut rewang. Namun, ada tetangga lain yang tidak mau ikut membantu maka jika tetangga itu membuat hajatan dipastikan warga sekitar yang lain tidak mau membantu.
Sayangnya, tradisi rewangan ini kian memudar. Padahal, tradisi rewang ini juga memiliki hal yang positif seperti dapat menjaga tali silaturahmi yang baik antar tetangga dan bersosialisasi dengan warga lainnya. Rewangan ini harus terus selalu ada dikarenakan kita sebagai manusia tentu selalu memerlukan bantuan dari orang lain juga apalagi bantuan dari tetangga sekitar. Kita sebagai generasi harus terus ikut melestarikan kebudayaan rewang ini dengan cara jika ada tetangga yang membuat hajatan datang dan membantu.
Writer: Alberto Viyandika Putra Remetwa (Magang)
Editor: Dwi Lindawati