MOJOKERTO, Tugujatim.id – Transportasi penonton di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Kota Surabaya dalam ajang Piala Dunia U-17 memang siaga penuh. Meski begitu, suporter memandang transportasi ini belum dirasa efektif sepenuhnya.
Sebab, budaya tertib di Indonesia dipandang belum merata. Kalau tidak mau dikata, tidak ada sama sekali yang tertib. Pengalaman ini menjadi salah satu sorotan salah satu suporter Indonesia asal Mojokerto, Susilo.
Dia yang berangkat menuju GBT bersama anak dan istrinya awalnya merasa terbantu dengan adanya angkutan gratis bagi penonton. Namun saat hendak naik, suporter yang jumlahnya tidak sedikit itu nyatanya berebut masuk ke dalam feeder.
“Anak kami yang kecil sampai posisinya terjepit, jadi ga bisa duduk. Tapi, kami anggap tidak masalah awalnya,” ujar Susilo, Sabtu (11/11/2023).
Namun, Susilo mendapati fakta yang tidak kalah bikin prihatin. Saat acara di Stadion GBT usai seluruhnya, otomatis ribuan orang keluar stadion sambil menunggu transportasi untuk penonton. Tidak pelak, pemandangan saling dorong tidak bisa dihindari karena semua orang ingin segera meninggalkan stadion.
“Kalau angkutan penonton buat berangkat sih ga masalah ya. Soalnya kan orang ke stadion juga jamnya beda-beda. Tapi, pas pulang ini yang ngeri. Ribuan orang pulang dalam waktu yang hampir sama, lalu rebutan masuk feeder,” tambah Susilo.
Selain feeder, Susilo juga mengeluhkan konsumsi yang tersedia di dalam stadion. Memang terdapat larangan penonton tidak boleh membawa makanan dan minuman dari luar stadion.
Namun, konsumsi seperti air putih yang dijual di dalam stadion juga tidak mampu memenuhi kebutuhan penonton yang hadir. Susilo merasa ada koordinasi yang kurang antar panitia yang bertugas.
“Logikanya kalau tiket terjual ribuan, paling enggak disiapkan air putih ya ribuan juga, kalau bisa lebih. Ini kan orang-orang masuk stadion mulai sore sampai malam. Kasihan kalau konsumsinya kurang,” keluh Susilo di event Piala Dunia U-17.
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati