PASURUAN, Tugujatim.id – Selain musim panas El Nino, kebakaran Gunung Bromo juga disinyalir diperparah oleh banyaknya tumpukan biomassa di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Biomassa sendiri merupakan bahan organik yang dihasilkan tanaman-tanaman yang mengandung sumber energi besar.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK), Prof Dr Satyawan Sudiatmoko menyebut bahwa tumpukan biomassa di kawasan TNBTS terjadi akibat siklus iklim.
Dalam tiga tahun terakhir, iklim wilayah Indonesia mengalami cenderung basah karena efek fenomena alam La Nina. Di mana suhu muka laut di Samudera Pasifik lebih dingin dibanding kondisi normal hingga meningkatkan curah hujan. Tingginya curah hujan memunculkan banyak tanaman semak belukar yang tumbuh subur, termasuk di Kawasan TNBTS
“2020 sampai 2022, Indonesia kan cenderung basah, jadi terjadi tumpukan biomassa di TNBTS ini,” jelas Satyawan usai meninjau lokasi titik awal kebakaran Bromo di Bukit Teletubies, pada Jumat (15/9/2023).
Tumpukan biomassa ini jika tidak dikendalikan justru bisa membawa malapetaka. Meskipun bersifat organik, biomassa menyimpan energi bahan bakar yang besar. Belum lagi, di tahun ini, Indonesia mengalami musim kemarau panjang akibat dampak fenomena El Nino. “Ketika El Nino musim panas seperti ini, tumpukan bahan bakarnya (biomassa) justru sudah banyak,” ungkapnya.
Oleh karenanya, KLHK tengah melakukan riset guna mengurangi tumpukan biomassa di kawasan TNBTS maupun daerah konservasi lain. Salah satunya dengan menerapkan pembakaran terkendali terhadap tanaman atau prescribed burning. Di mana secara berkala, tanaman hingga semak-semak di kawasan TNBTS akan “dipangkas” dengan cara dibakar.
“Untuk membuat prescribe burning tentu tidak asal-asalan, kita perlu skill, tentunya petugasnya ada pelatihan, sertifikat, sampai alat-alatnya harus lengkap,” pungkasnya.
Selain itu, KLHK juga tengah melakukan riset terhadap salah satu tanaman endemik Gunung Bromo, yakni semak mentigi. Semak mentigi ini dinilai berpotensi menjadi sekat bakar alami karena kelebihannya yang relatif tahan api.

Reporter: Laoh Mahfud
Editor: Lizya Kristanti