TUBAN, Tugujatim.id – Riska Duwi Evendi (27) merupakan warga Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang menjadi salah satu korban kapal Lupeng Yuanyu 028. Kapal berbendera Tiongkok itu terbalik di Samudra Hindia, pada Selasa (16/5/2023).
Pria yang akrab disapa Andi itu mulai berlayar ke luar negeri dari 2019. Ia bekerja di perusahaan asal Amerika selama 2,5 tahun.
Kemudian Andi berpindah ikut kapal Lupeng Yuanyu 028 yang berangkat enam bulan sekali. “Ini keberangkatan yang kedua. (Harusnya) akan pulang pada bulan ini,” ucap ayah Andi, Darmaji, pada Minggu (28/5/2023).
Kata Darmaji, sebelum peristiwa nahas itu, Andi sedang menempuh perjalanan pulang dari Argentina. Lalu mengisi solar di Afrika untuk bekal pulang. Namun saat di Samudra Hindia, kapalnya dihantam badai hingga terbalik.
“Tanggal 3 Mei 2023 mem-videocall dengan keluarga. Tidak tahu itu kalau itu menghubungi yang terakhir. Dia memberitahukan dia akan kembali ke tanah air pada 22 Mei 2023. Ya bilang ke saya, mungkin gak sampai 22 Mei sudah sampai rumah,” ucapnya.
Dua hari usai kejadian, tepatnya Kamis (18/5/2023) pukul 16.00 WIB, Darmaji mendapat kabar duka itu dari perusahaan tempat Andi bekerja. “Setelah dapat kabar ya pastinya kaget dan nangis. Namanya keluarga, anak, pastinya merasa kehilangan,” ucapnya.
Andi disebut merupakan anak yang baik dan sopan kepada setiap orang. “Larene apik, meneng lan penurut sama orang tua (anaknya baik, pendiam, dan patuh pada orang tua),” ucapnya.
Anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Darmaji dan Wiwik itu disebut memiliki cita-cita mulia, yakni membahagiakan keluarganya.
Selain itu, Andi punya keinginan mengkhitankan adik bungsunya saat sudah pulang. Namun takdir berkata lain, kapal Andi dihantam badai. Meski begitu, pihak keluarga masih berharap Andi selamat. “Semoga aja selamat dan bisa kembali pulang,” harapnya.
Paman sekaligus tetangga Andi, Sukadi mengatakan bahwa Andi merupakan pemuda yang baik terhadap semua orang. Andi juga sering membantu ibunya ke pasar. “Memang anaknya baik sekali,” ucapnya.
Selain Andi, 38 anak buah kapal (ABK) turut menjadi korban. 17 ABK berasal dari Tiongkok, 17 dari Indonesia, dan lima dari Filipina. Proses pencarian para korban telah dihentikan pada Kamis (25/5/2023) atau 10 hari setelah kapal dinyatakan tenggelam. Sejauh ini, baru delapan jenazah ditemukan.