MALANG, Tugujatim.id – Ternyata pencetus Hari Buku Nasional pada 17 Mei adalah bapak pendidikan asal Kota Malang, Abdul Malik Fadjar. Dia menetapkan hari penting tersebut pada tahun 2002 saat menjabat Menteri Pendidikan Nasional kabinet Gotong Royong periode 2001-2004.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu memang punya kiprah yang luar biasa dalam bidang literasi, salah satunya adalah mewariskan jendela literasi di Kota Malang yang kini dinamai Rumah Baca Cerdas Institute A Malik Fadjar.
Rumah baca ini berada di Jalan Raya Permata Jingga, Kota Malang. Tak tanggung tanggung, perpustakaan itu telah diresmikan oleh BJ Habibie pada tahun 2005 silam.
Subhan Setowara, Direktur Eksekutif Rumah Baca Cerdas Institute A Malik Fadjar, menjelaskan bahwa perpustakaan itu memiliki ruang baca, ruang diskusi dan juga kafe. Sementara terkait koleksi sekitar 12.500 buku dengan berbagai dimensi keilmuan. Rumah baca ini dibuka untuk umum secara gratis setiap hari mulai pukul 10.00 WIB.
“Sebagian besar buku di sini adalah buku pribadi dan koleksi beliau, buku-buku tulisan beliau juga ada di sini. Buku di sini sangat beragam karena beliau suka membaca buku multi disipliner ilmu. Mulai ilmu filsafat, psikologi, agama, sosial, pendidikan, bahasa, sains, teknologi, sastra hingga sejarah,” jelasnya.
Abdul Malik Fadjar memang dikenal sebagai sosok guru, aktivis sekaligus negarawan visioner. Wawasan literasinya yang luas mengiringi perjalanan karirnya mulai dari guru di pedalaman, rektor, menteri hingga menjadi Dewan Pertimbangan Presiden.
Salah satu putra bangsa terbaik itu lahir pada 1939 di Yogyakarta dan wafat pada 2020 lalu di Jakarta. Kepergian begawan bidang pendidikan itu tentu menyisakan duka yang mendalam bagi orang terdekat maupun bangsa Indonesia.
“Beliau adalah seorang guru bangsa dan tokoh pendidikan di Indonesia. Beliau selalu berpikir untuk bisa mewariskan ilmunya buat anak muda. Jadi dia selalu berpikir soal warisan untuk generasi mendatang,” ujar Subhan.
Menurut cerita Subhan, Abdul Malik Fadjar kerap kali mengumpulkan dosen-dosen muda di UMM ketika masih menjadi rektor. Dia senang mendorong pemuda untuk membawa bangsa ini menuju yang lebih baik di masa mendatang.
“Bagi beliau, terpenting itu kita harus punya integritas dan wawasan supaya bisa berperan penting untuk bangsa ini. Beliau pernah menyampaikan bahwa pemuda harus selalu mengikuti pergerakan zaman dan berkiprah sesuai gerak zaman,” paparnya.
Kiprah Abdul Malik Fadjar dalam mencerdaskan anak bangsa juga membuatnya kerap kali menjadi jujugan pemimpin era Presiden Gusdur, Megawati hingga Jokowi dalam mencari solusi untuk memecahkan permasalahan bangsa.
“Beliau itu memiliki tipikal tangan dingin. Keunikan beliau itu, sebagai seorang yang bukan berasal dari dunia politik, namun suaranya cukup didengar oleh pemimpin bangsa terutama soal muhamadiyah dan pendidikan,” ungkapnya.
Bertepatan pada peringatan Hari Buku Nasional ini, Subhan mengatakan bahwa fenomena teknologi digital telah menggerus minat baca anak bangsa. Subhan mengatakan, minat baca pemuda termasuk di Kota Malang kini juga mulai menurun.
“Itu harus diakui bahwa minat baca pemuda kita menurun. Untuk itu, kita perlu berkampanye dengan menunjukkan bahwa baca buku itu keren,” tuturnya.
Dia juga mengatakan bahwa pemuda saat ini sulit didekati dengan pendekatan rasional. Sehingga menurutnya, membaca buku perlu dijadikan life style untuk generasi muda sekaligus investasi bangsa.
“Baca buku itu keren lo, itu bagian agar bisa meningkatkan wawasan kita dan harusnya bisa menjadi gaya hidup pemuda zaman sekarang,” tandasnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim