MALANG, Tugujatim.id – Proyek besar Kota Malang, Jawa Timur, terkait pengelolaan air permukaan atau Water Treatment Plant (WTP) Sungai Bango bakal segera diuji cobakan dua pekan mendatang atau tepatnya 21 September 2023. Rencananya, kapasitas air yang bakal diuji cobakan yakni 100 liter per second (lps).
Direktur Operasional Perum Jasa Tirta (PJT) 1, Milfan Rantawi menjelaskan bahwa pihaknya masih akan melihat standardisasi air baku dalam uji coba tersebut. Direncanakan pada Desember 2023, WTP Bango akan terkoneksi dengan pipa PDAM.
“Startnya by plan itu memang Desember 2023 baru bisa terkonek dengan PDAM. Yang dimaksud Agustus itu adalah uji coba produksi. Jadi kami rencana tanggal 21 September nanti akan ada uji coba untuk produksi 100 liter per second dulu. Kami akan lihat nanti apakah itu sudah memenuhi standart air baku atau belum,” jelas Milfan, pada Kamis (07/09/2023).
“Jadi masih cukup di sini dulu uji cobanya. Kita lihat dengan kemampuan input dan outputnya sesuai atau tidak, kemudian standar air bakunya sudah sesuai atau belum. Air baku itu kan ada standarnya,” lanjutnya.
Milfan melanjutkan bahwa proses pengerjaan diakuinya mengalami keterlambatan di bawah 5 persen. Baginya, hal itu masih sesuai standar dalam manajemen kontruksi. Keterlambatan pengerjaan konstruksi itu disebabkan karena pengaruh pengangkutan material.
“Artinya, kalau dari sisi manajemen kontruksi, yang dimaksud terlambat itu lebih dari 5 persen. Nah kita ini memang terlambat 4 persen dari rencana, jadi sebenarnya masih oke. Keterlambatan itu (dipengaruhi) karena kami secara teknis saja, seperti pengangkutan item, kontrak kita kan ada istilahnya material on side dan sebagainya,” beber Milfan.
Wali Kota Malang, Sutiaji turut hadir memantau progres pembangunan WTP Bango. Ia mengatakan, jika 200 lps nanti berhasil disalurkan ke masyarakat, target selanjutnya ialah kapasitas 500 lps pada 2027.
“Kalau sudah terpenuhi di 2023 ini 200 lps, saya kira sudah lumayan dan bisa cover kebutuhan air baku kita. Teman-teman PJT ini kami harapkan mampu untuk membuhi kebutuhan air baku Kota Malang dengan 1.500 lps saya kira sudah aman sampai 25 tahun ke depan,” ucap Sutiaji.
Sutiaji juga mengatakan bahwa dengan progres pembangunan instalasi air permukaan ini, ia berharap kebutuhan air minum Kota Malang tidak bergantung lagi dengan Sumber Pitu. Apalagi aliran air dari Sumber Pitu selalu mengalami pipa jebol saat tekanan tinggi.
“Sumber Pitu itu saja sampai saat ini yang dipakai hanya 50 dan pipanya sudah ada yang jebol. Jadi yang dipakai sampai hari ini masih ada 31 koma sekian lps. Karena kalau dinaikkan tekanannya bisa tinggi dan berakibat pipa jebol,” tandasnya.
Reporter: Yona Arianto
Editor: Lizya Kristanti