“Life is never flat” – begitu jargon yang sering kita dengar dari salah satu snack kegemaran orang Indonesia ini. Manis pahitnya hidup adalah rasa yang tentu ada kenikmatannya masing-masing tergantung pada cara mengatasinya.
Baca Juga: Cara Mengatasi Stres Berkepanjangan, Lakukan Hal-hal Berikut!
Kegagalan pun juga bisa menjadi pendamping lika-liku hidup yang setia menemani dan membentuk kita menjadi individu yang lebih kuat. Semua bergantung pada perspektif masing-masing. Lantas bagaimana melihat suatu kegagalan menjadi hal yang lebih positif? Simak ulasan berikut ini:
1. Jangan jadikan penolakan orang lain sebagai penolakan diri
Sudah saatnya kita berhenti untuk memahami penolakan sebagai hal negatif. Sama halnya seperti sebuah kritik, penolakan dapat menjadi media belajar. Ada dua hal yang bisa diambil dari adanya penolakan. Pertama, kita akan mengetahui hal-hal yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Kedua, kita akan memahami soal nilai dan esensi dari diri kita karena memang setiap individu dari kita bukan untuk semua orang.
Baca Juga: 15 Daftar Website Penyedia Vektor Gratis yang Super Keren
2. Kamu akan dihargai di tempat yang tepat

Jangan berkecil hati jika pemikiranmu dianggap bodoh oleh sekelilingmu. Bukan kamu ataupun mereka yang salah, namun tempatnya saja yang kurang tepat. Lihat saja mobil tua dan antik yang tentu akan dinilai lebih tinggi di tengah kalangan kolektor mobil tua.
Pastikan kamu memilih lingkunganmu dengan baik untuk mengembangankan potensi diri, dimana kamu juga akan mendapatkan nilai dan apresiasi yang lebih baik.
3. Pahami arti kata “cukup”
Kerja keras memang dipercaya tidak akan pernah mengkhianati hasil. Apalagi usaha yang diiringi dengan niat dan mimpi yang menyala. Namun, sebagai manusia tidak ada yang namanya sempurna. Oleh karena itu kamu juga harus belajar memaknai arti kata “cukup” sehingga kebahagiaanmu tidak selalu berasal dari hal yang bersifat materi.
Baca Juga: Prekuel Game of Thrones Akan Rilis Tahun 2022, Fokus ke Cerita Keluarga Targaryen
4. Standar di masyarakat bukan hal mutlak
Apa kamu sering mendapat pertanyaan, “Sudah mau kepala tiga tapi kok masih sendiri?”, “Kapan mau punya anak?”, “Udah lulus sarjana kok masih ngganggur aja?”
Setiap orang memiliki kapasitas dan giliran masing-masing. Standar di masyarakat bisa berubah kapan saja dan bukan kewajibanmu untuk selalu mengikuti ukuran pasnya. Kamu tidak harus mulai kuliah di usia 18, menikah di usia 24, dan memiliki rumah serta hidup mapan bersama anak/istri/suami sebelum usia 30.
Hidupmu adalah keputusanmu. Mengikuti standar masyarakat hanya akan menambah beban pikiran dan membuatmu tertekan. Semua orang sudah ada waktunya masing-masing. Jalani hidupmu untuk hari ini. (Andita Eka W/gg)
Sumber: kejarmimpi.id