SURABAYA, Tugujatim.id – Kamu barangkali pernah melihat Patung Sura dan Baya yang jadi lambang dari Kota Surabaya. Ternyata, patung ini memiliki nilai sejarah dan fakta unik lho. Apa saja?
Tugu Jatim bakalan membeberkan fakta menarik seputar Patung Sura dan Baya yang wajib kamu ketahui. Yuk, simak sampai akhir!
1. Sejarah Pembangunan Patung Sura dan Baya
Kisah Sura dan Baya erat kaitannya dengan simbol ikonik Kota Surabaya, yakni hiu (Sura) dan buaya (Baya). Lambang ini sudah dikenal jauh sebelum patung tersebut dibangun.
Awalnya, simbol Patung Sura dan Baya dipakai sebagai kenang-kenangan untuk memperingati sepuluh tahun berdirinya grup musik ST Cecilia yang berlangsung dari 1948 hingga 1958. Kemudian, pada 1920, lambang ini diresmikan oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai simbol resmi Kota Surabaya.
Baca Juga: Bonek dan The Jak Kompak, Pelatih Persebaya Surabaya: Kemesraan Suporter di Luar Ekspektasi
Melihat betapa populernya lambang ini, pada 1988, akhirnya dibuatlah Patung Sura dan Baya. Patung ini dirancang oleh arsitek dan seniman berbakat bernama Sutomo Kusnadi yang juga merupakan dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika (STKW) Surabaya. Proses pembuatan patung ini dilakukan oleh pemahat terkenal bernama Sigit Margono.
2. Legenda Sura dan Baya
Patung Sura dan Baya tidak hanya berdiri sebagai simbol visual, tetapi juga merepresentasikan cerita rakyat yang sangat populer di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Cerita rakyat ini mengisahkan pertempuran sengit antara dua hewan buas, yaitu hiu (Sura) dan buaya (Baya), yang saling berebut wilayah.
Dikisahkan bahwa perkelahian antara keduanya terus berlangsung karena mereka memiliki kekuatan yang hampir setara. Setelah beradu sengit, keduanya memutuskan untuk membuat kesepakatan di mana Sura akan menguasai wilayah laut, sedangkan Baya menguasai akan wilayah darat.
Akan tetapi di suatu hari, Sura melanggar perjanjian dengan memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaan Baya. Hal ini memicu kemarahan Baya dan berakibat pada pertempuran yang kembali dimulai.
Pertarungan tersebut sangat dahsyat hingga membuat air sungai berubah menjadi merah karena darah yang keluar dari tubuh keduanya. Meski begitu, tidak ada yang benar-benar menang. Akhirnya, Sura tetap menguasai laut, sementara Baya mempertahankan daratan.
Legenda ini juga dianggap sebagai simbol keberanian arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah. Seperti halnya Sura dan Baya yang tidak mau menyerah, masyarakat Surabaya dikenal gigih melawan penjajah meski hanya bermodalkan senjata sederhana. Semangat inilah yang membuat Kota Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan.
3. Teknik Pembuatan Patung
Kamu mungkin penasaran, bagaimana proses pembuatan patung yang begitu ikonik ini? Meskipun terlihat megah, teknik dan bahan yang digunakan ternyata cukup sederhana. Patung ini dibangun menggunakan bahan seperti semen, pasir, dan batu bata.
Detail patung ini menunjukkan cita rasa seni yang tinggi. Lihat saja bagaimana kulit buaya dipahat dengan begitu detail, begitu pula dengan sirip hiu yang terlihat sangat realistis. Selain itu, di waktu tertentu, air mancur yang mengelilingi patung ini akan dinyalakan, menambah keindahan dan nilai estetika patung ini, terutama di malam hari.
4. Lokasi Patung Sura dan Baya
Tahukah kamu bahwa Patung Sura dan Baya tidak hanya ada di satu lokasi? Patung ini memiliki tiga lokasi berbeda di Surabaya.
Lokasi utama dan paling populer adalah di depan gerbang selatan Kebun Binatang Surabaya, tepatnya di Jalan Diponegoro No.1-B, Darmo. Di lokasi ini, kamu bisa berfoto dengan latar belakang patung sekaligus menikmati suasana sekitar.
Baca Juga: Daftar Pemenang Pegadaian Media Awards 2024, Ajang Silaturahmi dan Apresiasi untuk Insan Media
Lokasi kedua berada di Area Skate and BMX Park Surabaya. Tempat ini menjadi favorit para remaja, khususnya pemain skateboard. Kamu juga akan menemukan warung makan dan jajanan di sekitar lokasi, sehingga suasana semakin nyaman untuk dikunjungi.
Lokasi ketiga berada di kawasan Pantai Kenjeran. Patung di sini baru dibangun pada 2019 dan memberikan nuansa berbeda karena berada di tepi pantai. Lokasi ini menjadi favorit wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai sekaligus melihat simbol Surabaya yang ikonik.
Itulah 4 fakta unik dari Patung Sura dan Baya di Kota Surabaya. Apakah kamu tertarik mengunjunginya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Ebenhaezer Parningotan Silaban/Magang
Editor: Dwi Lindawati