TUBAN, Tugujatim.id – Lebaran Idul Fitri di mata masyarakat Indonesia seakan tak hanya sebagai ritual keagamaan saja, melainkan seakan telah menyatu dengan budaya bangsa. Karena itu, sayang bila momen ini hanya kita lewati begitu saja tanpa dijadikan ajang untuk memberi edukasi.
Apa yang bisa kita edukasikan ke anak-anak? Sesungguhnya, sangat banyak. Yang simpel adalah menjadikan Lebaran sebagai momen untuk berubah. Misalnya, dari sifat atau sikapnya yang menurut kita perlu diperbaiki.
Bisa juga menggunakannya sebagai momen untuk meningkatkan ketaatannya terhadap ajaran tertentu dari agama kita, entah yang wajib atau yang sunah. Maksudnya, jangan semata mengharapkan anak menjadi lebih baik setelah lebaran, tetapi tidak jelas dalam hal apa, bentuknya apa, sesuai apa tidak dengan usianya.
Nah, berikut adalah 4 hal yang bisa diajarkan pada anak saat momen-momen Lebaran tiba.
1. Jiwa peminta maaf dan memaafkan
Nah, khusus yang terkait dengan nilai-nilai sosial, kita bisa mengajarkan banyak hal. Yang mendasar adalah memiliki jiwa untuk meminta maaf dan memaafkan. Jiwa ini sangat dibutuhkan anak kita sekarang ini dan nanti. Jangan sampai kapasitasnya untuk meminta maaf/memaafkan menjadi kecil karena tidak kita ajarkan. Bisa-bisa dia gampang bentrok atau kurang bisa bertoleransi terhadap keadaan.
2. Jiwa yang suka berbagi
Yang tak kalah penting adalah menanamkan jiwa yang suka berbagi kepada pihak yang kurang mampu atau kepada pihak yang sama-sama mampu untuk mengakrabkan hubungan.
Terlepas kita mudik atau tidak, lebaran adalah momen pas untuk menjalin silaturrahim dengan orang yang masih ada hubungan darah atau yang kedekatannya khusus, misalnya sahabat kental.
3. Mempererat kebhinekaan
Bila ada tetangga yang beda agama, ini sangat bagus untuk menanamkan kebhinekaan demi persatuan Indonesia, misalnya memberi hidangan/kue lebaran ke tetangga atau yang lain.
4. Mempertebal keimanan
Tapi, yang paling mendasar adalah mengajarkan kepada anak bahwa semua itu kita lakukan bukan semata untuk alasan-alasan duniawi, tetapi untuk memenuhi panggilan keimanan. Kita berbuat baik karena Tuhan menyuruh kita begitu. Titik. Kalau dalam teori psikologi dikatakan bahwa motif kebajikan yang paling tinggi adalah didasarkan pada panggilan keimanan.