Tugujatim.id – Siapa yang tidak mengenal sosok Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa “Cak Nun” ini. Dia adalah salah satu tokoh yang banyak mendapat predikat dari masyarakat, entah itu budayawan, sastrawan, intelektual, agamawan, dan lain-lainnya.
Meski begitu, Cak Nun sendiri mengatakan dia tidak layak menyandang semua sebutan itu dan lebih memilih untuk menjadi apa adanya yang sekarang dijalani.
Dulu Cak Nun memiliki profesi sebagai wartawan. Namun setelah berbagai gejolak yang dirasakan, dia memutuskan untuk berhenti menjadi wartawan. Dia juga akrab dengan berbagai tokoh nasional yang hidup di era Soeharto dan Gus Dur. Tapi, dia sekarang memutuskan untuk menjauh dari dunia politik dan tidak menyentuh istana sama sekali. Semua pasti ada alasannya, ada pertimbangan, dan ada sebabnya.
Nah, Tugu Jatim sudah merangkum 5 fakta menarik yang perlu Anda ketahui mengenai Emha Ainun Nadjib. Dialah guru banyak orang, guru banyak rakyat, dan guru semua kalangan.
1. Menggelandang di Malioboro
Apakah kalian pernah tahu kalau Cak Nun sempat menggelandang di Malioboro? Lelaki kelahiran Jombang, 27 Mei 1953, itu menghabiskan masa kecilnya di banyak tempat. Sosoknya terkenal begitu kritis, entah saat kecil, remaja, dewasa, maupun sekarang ini. Sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, tak lantas membuatnya berhenti belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta meski tidak selesai dan memilih drop out.
Di Jogjakarta, hidup Cak Nun ditempa. Dia banyak memperoleh pelajaran hidup, apalagi dari sosok gurunya yang bernama Umbu Landu Paranggi. Berbagai tulisan Cak Nun dimuat di media massa. Puisi-puisi menawan juga diproduksi untuk membasahi jiwa-jiwa rakyat yang sedang kesepian akibat dilupakan oleh pemerintahnya sendiri.
Dari berbagai geliat yang dirasakan Cak Nun, prestasi-prestasi yang dipublikasikan hingga berbagai silang-sengkarut situasi pemerintah pada masa itu, dia kemudian hidup secara bebas dan menggelandang di sepanjang Jalan Malioboro, Jogjakarta. Tapi, momen itu yang justru membuat Cak Nun memperoleh pencerahan.
2. Pendiri Maiyah dan Kiai Kanjeng
Apakah kalian selalu mengamati setiap kali mengikuti maiyah, Kiai Kanjeng menemani secara rutin? Ya, memang. Antara maiyah dan Kiai Kanjeng tidak bisa dilepaskan begitu saja. Keduanya sama-sama terlahir dari orang yang sama, yaitu Emha Ainun Nadjib. Maiyah yang pertama dibuat bernama Padhang Mbulan. Kemudian meluas ke berbagai daerah seperti Surabaya, Surakarta, Jakarta, Jombang, Jogjakarta, dan lain-lain.
3. Aktif Terlibat dalam Pergantian Era Reformasi
Apakah kalian pernah mempelajari sejarah yang satu ini? Cak Nun memang salah satu tokoh penting dalam pergantian era Orde Baru ke Reformasi. Saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto, Cak Nun menjadi salah satu penasihat yang didengar oleh Soeharto. Dia memberi masukan pada Soeharto agar mundur dengan elegan sebelum digulingkan lewat kudeta.
4. Dapat Penghargaan di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Selama melihat perjalanan hidup dan berbagai sepak terjang pengalaman yang dimiliki oleh Cak Nun. Pada era Presiden SBY, dia memperoleh penghargaan Satyalencana pada Maret 2011. Lantaran banyaknya karya yang dipublikasikan, buku-buku yang ditulis, dan berbagai hal lain yang membuat Cak Nun dipercaya SBY sebagai orang yang cocok untuk memperoleh penghargaan itu.
5. Setia dalam Berkarya dan Menginspirasi
Cak Nun rutin menjalankan maiyah selama puluhan tahun. Sudah lama sekali. Sekitar 20 tahun lebih. Setiap maiyah didatangi oleh ribuan orang dari berbagai lokasi, usia, dan latar belakang. Dengan sabar dia menjelaskan berbagai hal soal agama, kebijaksanaan, dan berbagai jalan yang perlu diambil di tengah situasi gejolak yang ada di negara. Semua diperlakukan sama dengan Cak Nun, yaitu cinta kasih dan kasih sayang.
Itulah 5 fakta menarik mengenai Emha Ainun Nadjib yang perlu Anda ketahui. Hingga sekarang, apakah Anda tahu siapa sosok “Markesot” yang selalu dia angkat menjadi cerita? Semoga artikel ini bermanfaat untuk pembaca. (Rangga Aji/ln)