Oleh: Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI
JAKARTA, Tugujatim.id – Bagaimanakah masa depan industri sawit di Indonesia? Tentu saja, industri minyak sawit berada di tangan generasi muda, mulai anak-anak milenial hingga generasi Z. Karena itu, perlu penguatan strategi kampanye positif di kalangan anak-anak muda. Bagaimanakah caranya?
Ya, jika tidak ada penguatan di kalangan anak muda, maka sektor industri sawit akan ditinggalkan. Mati bukan karena kehilangan permintaan, tapi karena kehilangan generasi yang melanjutkan tongkat estafet menjaga keberlanjutan industri strategis nasional ini.
Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tofan Mahdi menyampaikan hal itu dalam bincang santai dengan sejumlah wartawan di sela-sela kegiatan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) di Nusa Dua Bali, awal November 2022. Tofan mengatakan, dengan pergeseran teknologi komunikasi digital yang masif, rasanya tantangan komunikasi di industri sawit bisa dihadapi dengan ringan jika semakin banyak generasi muda terlibat dan berperan aktif dalam banyak bidang di bidang itu.
“Di bidang teknis, sudah ada banyak muda yang masuk dan bekerja di industri sawit. Tapi dalam bidang komunikasi, kampanye positif, dan advokasi kebijakan, perlu lebih banyak anak muda terlibat di dalamnya,” katanya.
Tofan Mahdi yang pernah menjadi PR Terbaik Indonesia 2016 versi Majalah PR Indonesia ini mengatakan, ada tiga tantangan besar yang dihadapi industri minyak sawit. Yaitu tantangan kebijakan, keberlanjutan, dan fluktuasi harga. Dari tiga tantangan tersebut, tantangan kebijakan adalah yang terberat.
“Fluktuasi harga CPO sebagai sektor usaha bidang komoditas, kita dalam posisi tidak bisa melakukan apa pun. Fluktuasi harga komoditas sepenuhnya ditentukan mekanisme permintaan dan penawaran di pasar,” kata mantan wakil pemimpin redaksi Jawa Pos ini.
Tantangan kedua, Tofan mengatakan, adalah tantangan keberlanjutan. Komitmen sektor kelapa sawit terhadap tata kelola yang berkelanjutan (sustainable palm oil) adalah mutlak.
“Terkait komitmen keberlanjutan ini, ibarat pesawat terbang yang baru lepas landas, kita sudah sampai pada titik yang tidak bisa kembali atau point of no return. Diwajibkan atau tidak, diminta Eropa atau tidak, komitmen keberlanjutan adalah mutlak,” kata Tofan yang juga menjabat sebagai Senior Vice President (SVP) of Communication, Public Affair, and Investor Relation PT Astra Agro Lestari Tbk.
Dia melanjutkan, tantangan ketiga adalah tantangan kebijakan. Belajar dari pengalaman yang terjadi pada semester pertama tahun 2022, Tofan berharap seluruh pemangku kepentingan dalam mata rantai industri sawit tetap kompak dan konsisten mendukung munculnya kebijakan yang pro terhadap industri minyak sawit yang berkelanjutan.
“Teman-teman pelaku usaha dan petani sawit harus makin kompak dalam advokasi kebijakan apa pun terkait sawit,” kata pria asal Pasuruan berusia 48 tahun ini.
Selain dilibatkan dalam kampanye positif sawit, Tofan mengatakan, generasi muda juga harus mulai terlibat dalam advokasi kebijakan terkait sawit.
“Anak muda mungkin kalah dalam pengalaman, tapi perspektif mereka akan lebih objektif dalam melihat tantangan di industri sawit. Baik tantangan itu yang berasal dari luar negeri ataupun dalam negeri,” katanya.
Tofan Mahdi pun mengapresiasi program-program kampanye positif sawit yang melibatkan generasi muda seperti yang dilakukan asosiasi pelaku usaha seperti GAPKI, asosiasi petani sawit, maupun pemerintah dalam hal ini BPDP KS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit). (*)