SURABAYA, Tugujatim.id – Suasana ramai memenuhi halaman Vihara Dana Maitreya Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (4/6/2023). Perayaan Hari Raya Waisak 2023 itu terlihat cukup meriah dan penuh haru.
Rasa kebahagiaan itu juga ingin ditularkan oleh umat Buddha melalui berbagai cara, salah satunya menggelar bazar vegan.
“Kami ingin menggaungkan kepada masyarakat Indonesia untuk paham pola hidup sehat dari nabati. Memang, dalam ajaran kami umat Buddha itu, khusus untuk menghindari adanya pembunuhan kepada makhluk. Kalau memakan olahan daging kan tentu saja ada proses pembunuhan terhadap hewan. Dan ini tidak sesuai dengan ajaran Buddha, yaitu kita menghargai hak hidup setiap makhluk,” kata Pandita Madya Vihara Dana Maitreya, Tirta Mutiara Sari, pada Minggu (4/6/2023).
Dalam kepercayaan umat Buddha, kata dia, hendaknya sebagai manusia memiliki sifat melindungi, mengasihi, menghargai, dan memuliakan hewan sama seperti bersikap berwelas asih kepada diri sendiri.
Untuk itu, Tirta menuturkan bahwa di dalam Vihara Dana Maitreya, penyajian makanan tidak pernah terbuat dari olahan hewani.
“Di bazar ini kami ada bakso jamur. Baksonya bukan dari daging tapi dari olahan soya, proteinnya seperti analog. Bentuknya seperti daging tapi terbuat dari kedelai yang diracik sedemikian rupa dengan tepung. Kaldunya pun kami membuat dari kaldu jamur, banyak sekarang dijual di pasaran,” jelasnya.
Meskipun memilih untuk vegan, jelas dia, terdapat salah satu jenis nabati yang dianjurkan tidak dikonsumsi oleh seorang vegan Buddha, yakni bawang. Ajaran ini berlandaskan dari salah satu cerita di masa kehidupan Sang Buddha Gautama.
Diceritakan, suatu hari terdapat salah seorang murid Buddha bernama Monggalana. Ia mendapat pertentangan dari ibunya ketika memilih mengikuti ajaran Buddha dan menjalani hidup vegan. “Monggalana memiliki sebuah penglihatan mata gaib yang luar biasa. Bisa menembus semua alam tapi ibunya tidak setuju anaknya ikut ajaran Buddha,” terang Tirta.
Kemudian, ibunya memiliki siasat untuk membuat Monggalan berhenti dari ajaran Buddha yakni dengan memberikan Monggalana bapau berbahan hewani tanpa sepengetahuan anaknya itu.
Ketika Monggala mengetahuinya, ia langsung memuntahkan seluruh makanan yang sudah ia telan. Tak lama kemudian, di dalam muntahannya tersebut tumbuh lima macam jenis bawang.
“Dari segi medis, orang yang terlalu sering mengonsumsi daging dan bawang itu akan cepat membuat usus menjadi korusif dan vitamin dalam vegan akan mudah tergelontor,” jelasnya.
Lebih lanjut, Tirta juga menjelaskan bahwa ajaran Buddha memilih jalan hidup vegan juga bermanfaat pada kontrol nafsu keduniawian. “Makan enak, kenikmatan lidah itu banyak sekali penyakit yang muncul, sehingga kita menjalankan pola hidup vegan. Selain karena kesehatan juga karena iman kita, untuk melatih jiwa dan roh dalam mengendalikan nafsu melalui cara makan,” terangnya.
Sifat-sifat keduniawian yang ia maksud yakni iri, dengki, amanah, suka mengeluh, dan sebagainya. Sehingga dengan hidup vegan menjadikan upaya membentuk diri agar lebih positif.
“Kalau dari makan saja kita bisa ikhlas dan legowo, maka otomatis pembinaan atau penempatan diri kita untuk hal lainnya seperti iri, benci, dengki, suka menyalahkan, mengeluh, itu ditempa melalui pengendalian kenikmatan lidah,” pungkasnya.