SURABAYA, Tugujatim.id – Seusai menjalani kebaktian, umat Buddha Vihara Dana Maitreya Surabaya, Jawa Timur, melaksanakan ritus pemandian rupang Sakyamuni atau bayi Siddharta. Pelaksaan ritus pemandian rupang ini dilaksanakan setiap Hari Raya Waisak pada pagi hari setelah ibadah kebaktian.
Memandingkan bayi Siddharta ini disimbolkan seperti memandikan diri sendiri untuk menghilangkan sifat-sifat negatif yang ada di dalam pikiran manusia. “Ini adalah sebuah ritual yang selalu kita lakukan ketika Hari Raya Waisak. Pemandian rupang ini seperti kita menghormat, menyiram, memandikan diri sendiri,” jelas Pandita Madya Vihara Dana Maitreya, Tirta Mutiara Sari, pada Minggu (4/6/2023).
Tirta mengungkapkan, terdapat beberapa tahapan dalam prosesi pemandian rupang suci.
Pertama, umat akan menghormat di depan Buddha dengan bersikap anjali, yakni menakupkan kedua telapak tangan di depan dada, menundukkan kepala sampai batas pinggang, dan menghormat sebanyak tiga kali.
“Lalu kita menyiram rupang sebanyak tiga kali. Siraman pertama kita berdoa di dalam hati semoga saya bisa menghilangkan pikiran, ucapan, dan perbuatan buruk. Siraman kedua, kita berdoa semoga bisa mewujudkan dan menumbuhkan pikian-pikiran ucapan serta perbuatan baik. Lalu siraman ketiga kita berdoa semoga bisa membagikan kebahagiaan, kearifan, kebijaksanaan, kebahagiaan kepada semua umat dan makhluk,” terang Tirta.
Setelah menyiram rupang, umat Buddha akan meletakkan bunga sedap malam sebagai bentuk persembahan dan penghormatan.
Terlihat dalam bak mandi rupang, air ditabur berbagai macam bunga. Bukan hanya sekadar untuk wangi-wangian, dalam kepercayaan umat Buddha, bunga adalah wujud keindahan dan kebaikan yang harus diterbarkan.
“Kalau untuk bunga, itu juga merupakan salah satu ritus dalam agama Buddha. Seperti simbolisasi sesuatu yang indah, mencerminkan kesegaran yang mana dalam bentuk bunga. Bunga itu menebarkan keindahan, wangi-wangian. Hidup ini cuma sementara, jadi besar harapan kami untuk bisa menjadi sekuntum bunga di sekeliling kita,” pungkasnya.