BATU, Tugujatim.id – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung di Kota Batu, Jawa Timur, telah ditutup hampir sepekan ini akibat overload dan mengganggu warga Tlekung.
Efek penutupan TPA itu, di beberapa titik fasilitas umum atau fasum di Kota Wisata Batu dipenuhi dengan tumpukan sampah. Seperti jalan di belakang Rumah Sakit Hasta Brata, di Kelurahan Ngaglik, terlihat tumpukan sampah yang cukup tinggi dengan dikemas kantong besar berwarna hitam.
Warga Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, Lilik Sumiyah yang tengah melintas di dekat tumpukan sampah mengatakan bahwa dirinya merasa sangat bau. “Ya sangat bau pas saya lewat tadi,” katanya, pada Selasa (05/09/2023).
Lilik mengatakan bahwa di wilayahnya juga kebingungan untuk membuang sampah. Bahkan hampir seminggu ini dirinya hanya membuang sampah di depan rumahnya dan sampah tersebut menumpuk. “Di rumah saya juga begitu. Saya bingung buang sampah. Sejauh ini saya buang di tempat sampah di depan rumah,” tambahnya.
Ia juga resah, semenjak TPA Tlekung ditutup, petugas pemungut sampah di wilayah rumahnya juga sementara ini berhenti beraktivitas untuk mengambil sampah. “Petugas yang biasanya mengambili juga gak aktif jadi ya numpuk di depan rumah-rumah warga,” bebernya.
Lilik juga merasa khawatir dengan timbulnya bau dari timbunan sampah itu akan mempengaruhi kesehatan keluarganya, karena sampah tersebut dibiarkan berhari-hari. “Kesehatan juga khawatir, karena sampah itu sudah berhari-hari di depan rumah, kalau sehari mungkin belum terasa, kalau sudah seminggu, sebulan bagaimana?” keluhnya.
Sementara warga Kecamatan Batu, Rendy mengaku pernah menemui beberapa warga yang membuang sampah di kawasan sungai saat petang hari. “Pernah beberapa waktu lalu, saya pernah menemui di Jalan Brantas, di sungai Beji pernah ada yang buang. Saya tau soalnya saya pulang kerja dinas malam jadi selalu melewati tempat itu,” katanya.
Kepala Desa Junrejo, Andi Faisal Hasan mengatakan bahwa di wilayah Junrejo sudah mulai bersiap ketika warga Tlekung melakukan penutupan TPA pertama kali pada 28 Juli lalu.
“Saat penutupan pertama lalu, kami sudah bersiap, karena permasalahan penutupan TPA Tlekung tidak akan bisa selesai satu bulan. Di Desa Junrejo sejak tiga tahun lalu kelanjutan pembangunan TPS3R sudah ada. Kemudian di setiap APBDes selalu kami anggarkan untuk mendukung dana dari pemerintah terhadap pembangunan lanjutan TPS3R,” paparnya.
Sehingga dengan adanya penutupan TPA Tlekung, kata dia, masyarakat Desa Junrejo tidak ketakutan karena telah melakukan pemilahan sampah dari skala rumah tangga dan dilanjutkan pengolahan sampah dalam skala lingkungan.
Kemudian, Pemdes Junrejo juga tengah melakukan pengadaan insenerator untuk pemusnahan sampah residu yang diperkirakan akan datang pada Rabu besok dan beroperasi pada Oktober mendatang. “Untuk alat insenerator nanti akan kami letakkan di Dusun Rejoso dan bisa dimanfaatkan oleh semua masyarakat,” ujarnya.
“Anggarannya kami ambilkan dari APBDes dari plot TPS3R itu, alatnya juga tidak secanggih yang di TPA Tlekung,” imbuhnya.
Selain itu, kata dia, saat perubahan APBDes mendatang, setiap RW di Desa Junrejo akan mendapat anggaran sejumlah Rp15 juta hingga Rp20 juta untuk mengelola sampah di tiap lingkungan.
Reporter: Yona Arianto
Editor: Lizya Kristanti