Tugujatim.id – Sebanyak delapan orang dari Indonesia melakukan pendampingan negara-negara yang ingin membangun ekosistem inovasi. Program tersebut merupakan milik MIT atau Massachusettes Institute of Technology Program.
Pendampingan yang masuk dalam Regional Entreprenuer Acceleration Program (REAP) tersebut dilakukan di Cambride, Massachusetts, Amerika Serikat, pada 25-27 Oktober 2023.
Perwakilan Indonesia yang ditunjuk oleh MIT adalah mereka yang berpengalaman dalam membangun ekosistem inovasi di lebih dari 80 negara. Terdapat lima pihak yang dilibatkan yakni pemerintah, swasta, investor/venture capital, wirausaha, dan lembaga pendidikan.
“Tim Indonesia ini saya rasa sudah mewakili pihak yang kompeten dari masing-masing pemangku kepentingan,” kata Manajer Tim MIT REAP Java Indonesia, Marina Kusumawardhani, melalui keterangannya, pada Sabtu (28/10/2023).
Berikut delapan orang yang mewakili Indonesia dalam program MIT REAP:
1. Prof Nizam
Prof Nizam yang kini menjabat sebagai Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek mewakili instansi pemerintahan dalam program MIT REAP. Sebelumnya, pada 2008-2013, dia pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi (DPT).
Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) ini telah berkontribusi dalam penyusunan Undang-undang Pendidikan Tinggi 2012, Undang-undang Pendidikan Kedokteran 2013, dan Undang-undang Keinsinyuran 2014. Berbagai karya jurnal ilmiah pun telah berhasil dia publikasikan.
2. Pramoda Dei Sudarmo dan Achmad Adhitya
Selain Prof Nizam, pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi juga diwakili oleh Staff Khusus Bidang Kompetensi dan Manejemen, Pramoda Dei Sudarmo dan Koordinator Tim Kerja Akselerasi, Reka Cipta Achmad Adhitya.
Selama beberapa tahun belakangan ini, program Kedaireka dan Wirausaha Merdeka sangat dibutuhkan untuk memperkuat kerja sama antara riset dan industri. Sebab itu, MIT REAP penting menggandeng pihak yang berperan sebagai rumah untuk penelitian.
3. Salman Subakat
Dari pihak swasta diwakili oleh Salman Subakat. Nama yang tidak asing dalam dunia bisnis kecantikan. Dia merupakan CEO PT Paragon Technology and Inovation.
Beberapa produk yang dihasilkan PT Paragon Technology and Inovation yakni Make Over, Wardah, Kahf, dan Emina. Produk kecantikan yang tak diragukan lagi tentang kualitasnya.
Meski berkecimpung di dinia kostemik, Salman juga menaruh perhatian besar dalam dunia pendidikan. Kontribusinya mendukung Kemendikbud dapat terlihat dari penerapan konsep program Merdeka Belajar.
4. Eddi Danusaputro
Menjabat sebagai Ketua dan Perwakilan BNI Ventures dan Amvesindo (Asosiasi Modal Ventura Indonesia, Eddi Danusaputro sebagai pihak yang mewakili pemangku investor/venture capital.
Eddi yang bergerak dalam bidang modal ventura tersebut telah mendorong inovasi di BNI Group dan mendukung pengembangan ekosistem startup di Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, pada tahun lalu, BNI Ventura telah menyetor dana sebesar Rp500 miliar atau setara dengan 500.000 lembar saham BNI Modal Ventura.
5. dr Yoyo Suhoyo dan Prof Supriyadi
Perwakilan Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika, Fakultas Kedokteran-Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr Yoyo Suhoyo dan Wakil Rektor UGM, Prof Supriyadi menjadi perwakilan dari lembaga pendidikan. Maka, dalam hal ini pihak yang digandeng adalah UGM.
Ditariknya lembaga pendidikan seperti UGM merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas inovasi di Indonesia dua tahun ke depan, yakni dengan dibimbing oleh para profesor.
6. Ainun Najib
Sebagai ahli atau praktisi teknologi informasi serta kepala tim, Ainun Najib merupakan ilmuwan asal Gresik, Jawa Timur, yang berdomisili dan bekerja di Singapura. Dia juga merupakan penggagas dari situs KawalPemilu.org.
Alumni SMAN 5 Surabaya, Jawa Timur, ini telah aktif menjuarai berbagai kompetisi bidang engineering sejak SMA. Setelah lulus dadi Universitas Teknologi Nanyang, ia berkarir di IBM Singapura sebagai software engineer, dan setelah itu ia menjabat sebagai konsultan senior.
Menurutnya, program MIT REAP ini merupakan upaya untuk mewujudkan inovasi ekosistem yang membuka jalan antara MIT dan Indonesia. Oleh sebab itu, dibutuhkan banyak pihak untuk ikut berkarya dan berkontribusi
Reporter: Izzatun Najibah
Editor: Lizya Kristanti