MOJOKERTO, Tugujatim.id – Cabai rawit ternyata menyumbang andil terbesar inflasi di Kabupaten Mojokerto pada Juli 2024. Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Mojokerto menerangkan, selain cabai rawit, komoditas lain yang turut menyumbang inflasi adalah sekolah dasar, telur asin, tempe, wortel, buku tulis bergaris, kentang, mie kering instan, sekolah menengah pertama, dan emas perhiasan.
Inflasi pada Juli 2024 tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga pada cabai rawit yang dipicu dari penurunan pasokan yang masuk ke pasar. Penurunan pasokan cabai rawit disebabkan karena sedikitnya pasokan dari sentra produksi cabai rawit akibat musim kemarau yang menyebabkan tanaman cabai mengering hingga gagal panen.
Baca Juga: 15 Bahasa Gaul 2024 Lengkap dengan Artinya, “Ga Bisa Yura” pun Viral di Media Sosial
Sementara itu, komoditas penyumbang deflasi tertinggi di Kabupaten Mojokerto pada Juli 2024 adalah bawang merah. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan pasokan akibat musim panen yang baik serta distribusi yang efisien.
Kondisi ini memberikan dampak positif bagi konsumen namun berpotensi merugikan petani. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, petani, berikut pelaku usaha untuk menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani.
Masih dari laporan yang sama, komoditas yang mengalami penurunan harga rata-rata dari bulan sebelumnya adalah bawang merah, beras, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, cabai merah, tomat sayur, udang basah, kelapa, dan genteng.
Pada Juli 2024, inflasi Kabupaten Mojokerto mengalami penurunan dari Juni 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,12 persen. Tercatat, inflasi Kabupaten Mojokerto menyentuh angka 0,01 persen.
Baca Juga: 10 Sumur Injeksi Stimulasi Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Risiko Banjir di Malang
Laju inflasi tahun kalender (kumulatif) Kabupaten Mojokerto dari Januari 2024 hingga Juli 2024 sebesar 1,26 persen. Sementara laju inflasi tahun ke tahun (year-on-year) periode Juli 2023 hingga Juli 2024 sebesar 2,21 persen.
Secara umum, dari sebelas kabupaten atau kota di Jawa Timur, enam daerah mengalami inflasi dan lima daerah mengalami deflasi. Kabupaten atau kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Sumenep sebesar 0,29 persen; kemudian Kota Surabaya sebesar 0,10 persen; Banyuwangi sebesar 0,07 persen; Kota Probolinggo sebesar 0,06 persen; Jember 0,04 persen; dan Tulungagung sebesar 0,01 persen.
Sedangkan kabupaten atau kota yang mengalami deflasi adalah tertinggi adalah Gresik sebesar 0,18 persen; diikuti Bojonegoro sebesar 0,07 persen; lalu Kota Madiun sebesar 0,03 persen; Kota Malang sebesar 0,01 persen; dan Kota Kediri sebesar 0,01 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati