SURABAYA, Tugujatim.id – Kelalaian sekolah dalam mengisi PDSS (Pangkalan Data Sekolah dan Siswa) terjadi di berbagai daerah di Indonesia dan menjadi viral di media sosial. Hal ini menjadi polemik karena akibat keteledoran sekolah siswa terancam gagal untuk bisa mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Perlu diketahui, untuk bisa kuliah ke PTN jalur prestasi siswa harus mengikuti SNBP. Pengisian PDSS yang berwenang adalah pihak dari SMA/SMK, di mana SNBP dilakukan berdasarkan hasil dari prestasi akademik dengan menggunakan rapot, baik itu prestasi akademik dan non akademik siswa.
Pengisian PDSS telah dimulai sejak 6 Januari hingga 31 Januari 2025. Namun, di lapangan terjadi kelalaian oleh operator sekolah di berbagai daerah seperti SMAN 1 Karawang, SMAN 17 Makassar, SMK N 1 Depok, SMK N 1 Medan, SMA Negeri 7 Cirebon, MAN 1 Lamongan dan masih banyak lagi.
Also Read
BACA JUGA: Uji Coba Sistem Satu Arah di Sekitar Kampus Unej Resmi Dicabut, Begini Kata Dishub Jember
Insiden keterlambatan input data siswa atas kelalaian sekolah tersebut, ditanggapi oleh Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof. Mohammad Nasih, bahwa keteledoran itu sangat fatal, terlebih jadwalnya sebelumnya ditentukan dari pemerintah pusat dan telah disosialisasikan ke seluruh pihak sekolah SMA/SMK yang ada di Indonesia.
“Karena faktor sosial media yang menyebarkan informasi begitu cepat pula, sehingga keteledoran tersebut jadi viral. Dan ternyata beberapa sekolah lainnya juga melakukan kesalahan yang sama,” ujar Nasir, di Surabaya, pada Sabtu, (8/2/2025).
Dengan kegaduhan tersebut, menurut Nasih, ada kemungkinan besar PDSS akan dibuka kembali. Namun, masih proses pengkajian ulang dari pihak Menteri Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, Teknologi RI.
“Untuk kabarnya juga masih menjadi pertimbangan untuk dibuka kembali sistemnya. Sementara ini pengaduan tersebut masih dalam proses di Kementerian, dan kami sebagai pihak Perguruan Tinggi masih belum mendapat data secara jelas peserta SNBP di tahun ini,” ungkap Guru Besar FEB UNAIR tersebut.
BACA JUGA: Top! Universitas Negeri Malang (UM) Sabet Peringkat 10 Nasional Webometrics, Fokuskan Bidang Pendidikan
Menurutnya, kejadian itu harus menjadi pembelajaran bagi pihak sekolah. Agar kedepan keteledoran itu tidak terjadi kembali di masa depan. Meski demikian, polemik lain akan muncul jika sistem input data dibuka ulang.
Kendati demikian, Nasih pun menyarankan lebih baik memberikan efek jera kepada pihak sekolah atas keteledorannya tersebut.
“Tapi, kalau keputusan untuk dibuka kembali input data SNBP menimbulkan masalah lain, seperti tidak ada efek jeranya. Bagi sekolah yang mengalami keteledoran itu berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Namun sekolah lain juga akan berfikiran untuk melakukan input data siswa mepet saja. Kan, nanti bisa dibuka kembali oleh pihak Kementerian,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Layla Aini
Editor: Darmadi Sasongko