Tugujatim.id – Kedatangan Thiago Motta ke Juventus menjadi angin segar bagi tim asal Turin ini. Pasalnya, Massimiliano Allegri, pelatih Juventus sebelumnya dinilai kurang baik oleh para penggemar Juventus, meski telah menorehkan 11 total piala untuk ‘Sang Nyonya Tua’, julukan Juventus.
Taktik Allegri yang cenderung bertahan dan mengandalkan serangan balik, menuai banyak protes dari penonton setia Juventus. Hal ini berbeda dengan Thiago Motta, yang mana sebelumnya menjadi manager Bologna. Dengan taktik yang lebih proaktif dan banyak menggunakan pemain muda, era baru Juventus dimulai dengan datangnya Thiago Motta yang siap mengembalikan kejayaan Sang Nyonya Tua.
Musim Pertama Thiago Motta
Gol tunggal Dusan Vlahovic kala Juventus menghadapi Cagliari (24/2/2025) sukses buat “I Bianconeri” kembali ke zona Champions League. Dengan raihan tersebut, Juventus sudah mengoleksi 49 poin dari total 26 pertandingan yang sudah dijalankan, dengan 12 kemenangan, 13 hasil imbang, dan hanya sekali telan kekalahan.
BACA JUGA: Magisnya Pedri di Lini Tengah Barca! Gelandang Barcelona yang Ternyata Bukan Lulusan La Masia
Berbeda dengan di liga, perjalanan Sang Nyonya Tua di Liga Champion Eropa harus berakhir kala melakoni laga away ke kandang PSV. Sempat unggul 2-1 di leg pertama, PSV berhasil membalikkan keadaan dengan skor 3-1, memupuskan harapan I Bianconeri ke babak selanjutnya.
Thiago Motta dengan Strategi Menyerang
Thiago Motta diatas kertas menggunakan formasi 4231. Mengutip dari kanal Youtube Serie A Tactical Analysis, formasinya akan perlahan berubah seiring bola di progresi kedepan. Satu dari gelandang Juventus akan melakukan overload di satu sisi lapangan, sehingga tercipta space kosong di sisi yang lain.
Setelah lawan menguatkan pertahanan di satu sisi dengan memperbanyak pemain, bola akan langsung diarahkan ke sisi yang lain dan memulai serangan, dimana sudah ada satu pemain bebas yang menunggu bola dan satu winger yang menjaga kelebaran lapangan selagi mengikat wingback lawan.
High Press Ketika Tanpa Bola
Mengutip dari kanal Youtube Ruang Taktik, klub asal kota Turin tersebut akan melakukan High Press ketika tanpa bola. Bahkan di laga melawan Inter Milan (17/2/2025) yang terkenal dengan cairnya posisi-posisi pemainnya dan masih menjadi pemuncak klasemen hingga hari ini (24/2/2025), Motta menginstruksikan dua gelandangnya, Mckennie dan Teun Koopmeiners untuk melakukan press agresif.
Setelah bola didapatkan, Juventus akan langsung melakukan transisi cepat guna mengekspos ruang kosong yang ditinggalkan pemain lawan dalam fase build up serangan.
Pemain Muda Sekaligus Proyek Jangka Panjang
Sejumlah pemain muda dimanfaatkan oleh Motta dalam strateginya. Nama seperti Nicolo Savona, Steve Mbangula, dan Kenan Yildiz menghiasi daftar skuad Juventus musim ini. Mungkin pemain-pemain muda ini belum mencapai potensinya, sehingga beberapa kali masih melakukan kesalahan.
BACA JUGA: Siapa Sangka! Perjalanan Nottingham Forest Dari Tim Mid-Table Jadi Pesaing Juara
Namun, dengan pemberian jam terbang, pemain-pemain potensial tersebut tentu akan terbiasa dengan atmosfer pertandingan. Terlebih lagi, Kenan Yildiz telah menjadi pilihan utama di skuad timnas senior Turki bersama wonderkid Real Madrid, Arda Guler.
Hadirnya Thiago Motta membawa angin perubahan untuk Juventus, menggeser permainan yang sebelumnya dinilai kurang atraktif. Beralihnya kemudi kapal Sang Nyonya Tua kepadanya mengubah arah bermain Juventus yang kini lebih berorientasi pada serangan dan penguasaan bola, meski masih belum sempurna.
Transisi permainan Juventus yang lebih ofensif ini mulai menunjukan hasil positif, memberikan harapan bagi para penggemar, sekaligus menata ulang jalur Juventus untuk kembali ke puncak kejayaanya di Liga Italia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Penulis : Saddam Alvaro N.P/ Magang
Editor: Darmadi Sasongko