MALANG, Tugujatim.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang (LP2M UM) terus melaksanakan pengembangan di Kampoeng Kajoetangan Heritage, Kota Malang. Kali ini, LP2M UM memberikan edukasi terkait badan hukum yang kuat untuk mengelola kawasan wisata Kajoetangan Heritage.
“Sebenarnya kan program ini kelanjutan dari program pada 2020 yang dilaksanakan FGD hingga launching. Nah, selama ini kan belum ada badan hukum yang kuat, maunya kami mendampingi masyarakat agar memiliki badan hukum untuk mengembangkan aset wisata,” terang Dr Joko Sayono MHum selaku Kepala Pusat Sosial Humaniora dan Pariwisata LP2M UM, Kamis (19/08/2021).
Joko mengatakan, pengembangan ini diharapkan mengembangkan manajemen wisata yang dijalankan langsung oleh warga. Dia menjelaskan kalau target wisatawan dari luar kota sampai masyarakat lokal Malang sebenarnya sudah banyak yang datang ke kawasan ini.
“Ini kan heritage itu peninggalan, jadi arahnya ke peninggalan-peninggalan yang masih asli sampai sekarang. Salah satunya peninggalan Belanda di rumah nomor 81-76, kalau tidak salah. Selain bangunan rumah, ada juga peninggalan Belanda berbentuk got dan sungai kecil,” paparnya.

Dia mengatakan, memang ada beberapa peninggalan Belanda yang tak boleh dimasuki, hanya boleh dilihat.
“Mungkin ada beberapa rumah peninggalan Belanda yang sama pemiliknya tidak boleh dimasuki, hanya kalau lihat dari luar boleh. Tapi, kalau yang rumah nomor 81-76 itu boleh dimasuki,” sambungnya.
Dia juga menegaskan, Kampoeng Kajoetangan Heritage ini akan menjadi ikon Kota Malang ke depannya.
“Dan ini akan dikembangkan menjadi wisata Kota Malang karena selama ini kampung tematik yang terkenal hanya Kampung Warna-Warni Jodipan dan Kampung Sanan. Selain itu, juga memperkuat jati diri Malang supaya Malang ikonnya heritage,” tegasnya.
Sementara itu, Edi Harmanto selaku Ketua RW 09 Kampoeng Kajoetangan Heritage mengatakan, saat pandemi ini kehidupan warga berjalan seperti biasanya.
“Walau dengan pandemi ini (kehidupan) tetap seperti biasanya, cuma saya tetap jaga dengan protokol kesehatan. Tamu sendiri meski sudah dilarang datang, tapi tetap masuk-masuk sendiri melalui pintu sana, pintu sini. Tapi, keadaan normal-normal saja di sini,” ungkapnya.
Dia mengatakan, kalau pandemi Covid-19 berakhir, dia dan warga akan membuka lagi loket tiket seperti 2 tahun lalu sebelum pagebluk melanda.
“Tiket ini tujuannya untuk kesejahteraan warga, membangun dan memperbaiki sarana-prasarana. Dengan pembangunan dari pemerintah ini sangat mendukung kampung kami. Kami juga sudah memasang hydrant, saya kira belum ada di RW kawasan lain yang ada hydrant-nya,” ujarnya.
Dia mengatakan, sekarang karena Kampoeng Kajoetangan Heritage belum aktif, warga terus melakukan perbaikan sarana prasarana. Selain itu, ada juga donatur yang memberikan bantuan.
“Gimana lagi, dengan adanya pandemi Covid-19 ini, kesempatan saya untuk benah-benah kampung,” katanya.
Dia berharap pandemi segera berakhir sehingga tempat wisata bisa dibuka lagi untuk para pengunjung.
“Harapan saya pandemi hilang. Dengan tidak ada pandemi, kita bisa buka lagi tempat wisatanya. Sebenarnya wisatawan dari luar negeri seperti Jepang sudah ke sini, tapi karena pandemi ini ditunda semua sekarang. Selain itu, warung-warung juga semakin sepi,” ujarnya.