Tugujatim.id – Presiden Joko Widodo memutuskan untuk melakukan reshuffle kabinet menteri-menterinya. Salah satunya adalah posisi Menteri Kesehatan (Menkes) yang semula diduduki oleh Terawan sekarang digantikan oleh Budi Gunadi Sadikin.
Sebelum terpilih menjadi Menkes, Budi Gunadi Sadikin menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN dibawah kepemimpinan Erick Thohir. Ia pun memiliki latar belakang yang terbilang tidak ada kaitannya dengan kesehatan yaitu lulusan di bidang Fisika Nuklir di ITB pada tahun 1988.
Baca Juga: Spoiler One Piece 1.000: Luffy dan Zoro Sampai di Puncak Istana Onigashima
Di sepanjang perjalanan karirnya ia lebih banyak menyentuh bidang ekonomi, seperti Direktur Utama Bank Mandiri (2013-2016) dan Direktur Utama di PT Inalum (2017-2020).
Gunadi juga kerap kali aktif dalam program dan pelatihan, seperti “Strategic Thinking and Management for Competitive Advantage Program” dari Wharton University of Pennsylvania, Philadelphia; Executive Training “Global Strategic Management” of the Harvard Business School; Executive Education “Risk Management in Banking” dari INSEAD 2012; dan lainnya.

Latar belakangnya inilah yang menarik perbincangan masyarakat. Sehingga muncul pertanyaan, “Bisakah Menteri Kesehatan diisi oleh orang bukan dari kalangan dokter?” Jawabannya bisa. Karena seperti yang kita lihat, pada kenyataannya sekarang Budi Gunadi dipercaya untuk menduduki posisi sebagai Menkes. Namun tentu bukan seperti itu pola pikirnya.
Dr. Pandu Riono seorang epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyatakan bahwa posisi Menkes tidak harus diisi oleh orang dari latar belakang kesehatan. Melansir dari IDN Times, Pandu menjelaskan bahwa tugas seorang Menkes lebih menyangkut pada kesehatan publik dan manajemen kebijakan. Di sisi lain, dokter adalah tipikal pekerjaan klinikus yang cenderung bekerja sebagai single fighter.
Baca Juga: Kala Mahasiswa S3 Asal Blitar Produksi Arang untuk Bertahan di Masa Pandemi
Melansir dari Journal of Epidemiology and Community Health, sejumlah fakta di negara lain juga menunjukkan bahwa performa dokter sebagai Menkes justru cenderung kurang memumpuni. Daripada mementingkan latar belakang dokter untuk posisi Menkes, kemampuan untuk mengetahui realitas politik dan dapat mendorong agenda kebijakan kesehatan publik lebih diutamakan.
Sikap visioner dan pemikir strategis juga tentu menjadi poin yang lebih diutamakan. Terutama dalam kondisi pandemi seperti saat ini dimana Menkes akan dituntut untuk mampu mengendalikan kondisi dan laju pandemi. Kembali normalnya poros kesehatan tentu juga akan berdampak pada pulihnya sektor lainnya seperti ekonomi.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa gelar kedokteran tidak terlalu diperlukan namun memiliki sikap seperti yang disebut diatas dan latar belakang kedokteran juga akan menjadi sebuah keuntungan.
Baca Juga: Daftar 6 Menteri Baru dan 5 Wamen yang Dilantik Jokowi
Posisi Menkes yang diduduki oleh seseorang bukan dari latar belakang dokter juga bukan hal yang langka. Sudah banyak negara lain yang memiliki Menkes dari latar belakang berbeda dari kesehatan. Beberapa diantaranya seperti Gan Kim Yong (Singapura) seorang sarjana dan master di bidang Teknik, Magnus Heunicke (Denmark) seorang sarjana bidang Jurnalistik, dan Norihisa Tamura (Jepang) seroang sarjana Fakultas Hukum dan Ekonomi. (Andita Eka W/gg)
Referensi: jech.bmj.com & idntimes
