PEKALONGAN, Tugujatim.id – Rohmadi Kurniadi boleh dibilang kepala Sekolah Dasar yang patut dicontoh. Dia tidak hanya berusaha bagaimana mengelola sekolah yang dipimpinnya tetapi juga menginisiasi berdirinya komunitas baca untuk anak Sekolah Dasar. Komunitas itu yang diberi nama GERAM, atau Gerakan Ayo Membaca.
Rohmad Kurniadi adalah kepala Sekolah SD Negeri Bener, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Dia memiliki keprihatinan dengan pendidikan anak-anak usia dini, terutama kelas awal, kelas 1 sampai 3 SD yang kesulitan belajar membaca.
Pria yang telah menjabat sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri Bener sejak tahun 2011 ini mengaku sangat geram dan sedih ketika anak-anak didiknya tidak bisa membuat tugas karangan karena minimnya pemahaman dan perbendaharaan kata.
“Saya sedih sekali ketika memberikan tugas karangan ke siswa, mereka tidak bisa mengerjakan. Keluhan mereka rata-rata karena perbendaharaan kata yang terbatas sehingga bingung mau menulis apa. Jadinya kalau ulangan tiba dan diminta untuk membuat karangan pasti hasil pekerjaannya ngawur karena gak memahami topik bahasan,” ungkap dia ketika diwawancarai melalui zoom meeting pada Hari Jumat, 9 September 2022 lalu.
Sebab itulah, Pak Rohmad, panggilan akrabnya oleh anak-anak didiknya, menciptakan GERAM, Gerakan Ayo Membaca. Bahkan jauh sebelum KEMENRISTEKDIKTI menggembar-gemborkan pentingnya literasi seperti sekarang ini.
“Mohon maaf, GERAM ini bisa dibilang sebagai ciri khas SD Negeri Bener. Malahan program ini sempat saya bawa ke tingkat Kabupaten dan Provinsi. Harapannya makin banyak sekolah yang mau mengikuti dan meniru apa yang sudah kami lakukan di SD Negeri Bener ini,” jelas pria yang sempat mendapatkan penghargaan sebagai Kepala Sekolah Terbaik se-Kabupaten itu.
Peran Orang Tua
Menurut Pak Rohmad, program GERAM ini tidak akan bisa berjalan tanpa dukungan orang tua. Sebab, bagaimanapun lingkungan keluarga adalah lingkaran paling pertama yang dapat membentuk anak untuk menjadi pribadi yang menyukai literasi dan memahami pelajaran yang telah diajarkan oleh gurunya di sekolah.
“Siswa kelas awal, kelas 1 sampai 3 itu di sekolah hanya 3 sampai 5 jam saja. Jadi sebetulnya peran orang tua lah yang bisa mendorong anak-anaknya untuk cinta literasi dan mampu memahami pelajaran di sekolah. Dimulai dari hal kecil saja, misalkan mengurangi waktu anak main gadget dan memperbanyak waktu untuk mengobrol bersama anak,” terang dia.
Selanjutnya, pria asli Solo ini juga menambahkan bahwa cakupan program Gerakan Ayo Membaca, antara lain adalah menyediakan gazebo baca di halaman sekolah, pojok baca di setiap kelas, dan pengaktifan perpustakaan sekolah.
Selain itu, dalam pelaksanaannya, Pak Rohmad menjelaskan bahwa ada kegiatan rutinan yang dilaksanakan oleh sekolah dengan harapan fasilitas yang telah disediakan benar-benar termanfaatkan. Contohnya adalah dilaksanakannya mini jurnal dan apresiasi literasi.
Mini jurnal adalah kegiatan siswa untuk melakukan review buku yang dilaksanakan setiap minggu. Sedangkan apresiasi literasi dilaksanakan setiap tengah semester.
“Saya sangat senang sekali melihat anak-anak membaca di gazebo. Bahkan yang sebelum masuk kelas biasanya anak-anak suka lari-larian dan sering berbuat onar, lambat laun mereka jadi gemar membaca,” ungkap dia.
Selain itu, program GERAM ini juga dibarengi dengan kegiatan mengaji bersama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Menurut dia, ilmu tanpa diiringi dengan akhlak rasa-rasanya percuma saja.
Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali, tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.