JEMBER, Tugujatim.id – Kabupaten Jember menjadi salah satu daerah penghasil padi di Jawa Timur. Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga hasil pertanian. Salah satunya penggunaan Agensi Pengendali Hayati (APH) sebagai solusi pembasmi hama di bidang pertanian dan mengurangi penggunaan bahan kimia.
APH merupakan organisme yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OTP). Beberapa jenis APH digunakan para petani di Jember sebagai pengganti obat kimia. Seperti Beauveria Bassiana (BB) untuk mengendalikan hama serangga.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Desa Jubung, Kecamatan Sukorambi, Muzed mengungkap, APH BB merupakan mikroorganisme sejenis jamur yang dikembangkan untuk mengendalikan berbagai macam serangga, seperti wereng coklat, belalang, hingga walang sangit.
Baca Juga: Performa Moncer, Atlet Taekwondo Jatim Sukses Tambah Emas dan Perunggu di PON XXI Sumut-Aceh
Dia menegaskan, dalam penggunaan APH BB tidak langsung membuat serangga pengganggu tanaman mati.
“Dia (APH BB, Red) menginfeksi dulu, kemudian setelah menginfeksi jaringan tubuh, otot-otot melemah, lama-lama dia (serangga pengganggu tanaman, Red) berjamur,” ujar Muzed pada Jumat (13/09/2024).
Cara kerja APH BB pun terbilang sangat masif untuk pembasmi hama serangga pengganggu tanaman. Di mana, saat APH BB digunakan dan menjangkit salah satu wereng, di saat itu juga wereng yang terjangkit menularkan ke wereng lainnya.
“Wereng itu hidupnya berkoloni di bawah tanaman padi, kalau APH BB masuk, misalnya tidak semua wereng kena ya, ada salah satu yang terkontaminasi BB, kemudian dia sudah mulai keluar jamur tetapi tidak mati, terus dia jalan-jalan berkerumun dengan temannya, temannya kena juga,” papar Muzed.
Baca Juga: Seisi Rumah di Mojokerto Ludes Terbakar, Diduga Korslet: Nihil Korban
Kendati bisa membunuh serangga, pengguna APH BB aman terhadap manusia. Menurut Muzed, penggunaan APH BB hanya fokus membasmi sebangsa serangga pengganggu tanaman saja.
Dalam penggunaan APH, para petani di Jember didampingi para PPL dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT).
“PPL membina secara teknis budi daya, sedangkan POPT mengamati hama-hama penyakit tanaman,” katanya.
Nantinya, PPL bersama para petani akan melakukan koordinasi terkait serangan yang terjadi pada lahan pertanian kepada POPT. Jika POPT memiliki amunisi APH untuk mengendalikan hama secara massal, maka pembasmian akan dilakukan.
“Kalau tidak (memiliki amunisi APH, Red) maka kami lakukan penyuluhan dalam konteks menyampaikan informasi terkait jenis penyakit dan bisa dikendalikan dengan jenis obatnya. Kalau POPT datang langsung, dia akan menganjurkan penggunaan APH itu tadi,” pungkas Muzed.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Diki Febrianto
Editor: Dwi Lindawati