TRENGGALEK, Tugujatim.id – Festival Banyu Sekara yang menggunakan cara tradisional di Kabupaten Trenggalek masih lestari. Lantaran festival untuk melestarikan air itu mendapat pujian dari Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin pada Minggu (20/03/2022).
Menurut Mas Ipin, sapaan akrabnya, terkadang formalitas atau aturan tidak akan bisa begitu kuat mengakar di masyarakat. Berbeda halnya jika dilakukan dengan pendekatan budaya. Hal itu sebagaimana ritual yang dilakukan pada Festival Banyu Sekara. Bagaimana menyikapi isu perubahan iklim dengan pendekatan kebudayaan.
“Kalau dulu dibilang air sumber kehidupan. Air harus kita jaga, itu mungkin tidak semua orang bisa memahami. Tapi kalau dibilang di sini tempatnya ada yang menunggu dan bisa marah kalau tidak dijaga, itu terkadang bisa menjaga sumber-sumber air yang kita punya,” tutur Mas Ipin saat menghadiri Festival Banyu Sekara.
Dia melanjutkan, mungkin secara ilmu apa pun yang terjadi misalkan sudah dikubur akan terurai.
“Padahal mungkin secara scientific seperti yang kita lakukan ada prosesi nyadran, kemudian dengan persembahan hewan ternak yang disembelih lalu dikuburkan, yang namanya makhluk hidup dikubur ya terurai akan menambah unsur hara dalam tanah,” lanjutnya.
Menurut dia, unsur haranya baik ditanam apa pun akan baik, akar-akarnya kuat sehingga kemampuan menyimpan air juga baik.
“Kalau unsur haranya baik, ya nanti ditanam apa pun akan baik. Akar-akarnya kuat sehingga kemampuan menyimpan air juga baik. Jadi sebenarnya secara scientific pun yang dilakukan nenek moyang kita dulu juga beralasan,” imbuh Mas Ipin menjelaskan.
Pada kesempatan itu, Bupati Mas Ipin juga menjelaskan bahwa saat ini RPJMD Kabupaten Trenggalek dinilai lebih progresif terhadap perubahan iklim. Sekretariat proiklim juga telah dibentuk dan setiap OPD harus memiliki langkah mitigasi dan adaptasi.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim