Tugujatim.id – Menjadi mahasiswa merupakan kesempatan paling luar biasa yang tidak boleh disia-siakan. Dahlan Iskan, mantan CEO Jawa Pos pernah berkata habiskan jatah gagalmu di masa muda, agar ketika tua tidak memiliki jatah gagal. Tentu, kegagalan sebagai pembelajaran agar tidak cepat berpuas diri dan terus mengasah kemampuan.
Sebagai seorang mahasiswa kehidupan yang dijalani cukup berbeda jauh dengan sekolah menengah. Kehidupan kampus, merupakan miniatur dari kehidupan nyata kelak. Di kampus, akan bertemu dengan golongan yang disebut sebagai kupu-kupu (kuliah pulang, kuliah pulang), kura kura (kuliah rapat, kuliah rapat), dan beberapa sebutan lain yang lekat dengan tipikal mahasiswa.
Pembahasan soal mana yang lebih penting, antara mencari pengalaman di organisasi atau, fokus pada akademik memang tidak akan pernah usai. Ada sebagian yang beranggap sia sia jika tidak merasakan animo organisasi mahasiswa, ada juga pendapat menyatakan tujuan utama kuliah adalah mengasah akademis, sementara organisasi hanya pelengkap. Kedua hal itu, sebenarnya berjalan secara beriringan, bahkan begitu dekat.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan, agar bisa seimbang menjadi organisatoris yang akademis, atau akademisi yang organisatoris.
1. Manajemen Waktu
Sehari, 24 jam waktu yang sangat panjang untuk melakukan banyak hal. Hasil penelitian pernah menyebut, jika orang orang hebat seperti pak Habibie, atau Gus Dur hanya menggunakan sedikit waktu untuk tidur. Akhir akhir ini pemuda Indonesia mengenal istilah ‘kaum rebahan,’ .
Rebahan produktif bisa dilakukan dengan merencanakan hidup. Manajemen waktu yang baik senantiasa dituliskan pada sebuah kertas, dan harus berkomitmen untuk menjalankan. Jika di bangku perkuliahan ada yang namanya jadwal mata kuliah, maka jadwal hidup harus ada demi terjadinya keseimbangan waktu.
2. Komitmen
Komitmen, atau teguh pada prinsip merupakan hal yang mutlak. Sebagai mahasiswa tentu kita harus sadar dan fokus pada bidang yang ingin ditekuni. Kefokusan ini harus melihat dari berbagai sudut pandang, dengan keteguhan pada pilihan. Saat berkomitmen menjalankan dunia akademis dan organisasi sekaligus komitmen menjadi penting. Seseorang harus berkomitmen pada gaya hidup.
3. Memiliki Target
Agar terus terjadi perbaikan dari hari ke hari, atau bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun. Kita harus memiliki target, target yang hendak dicapai. Target bukanlah ambisi, sebab ambisi hanya akan menjerumuskan pada kegagalan. Target dilakukan dengan kerja keras, proses yang dilalui sebagai pembelajaran, sehingga target bisa tercapai. Sementara ambisi pada hal negatif, ambisius hanya akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuan.
Misal ingin menjadi pemimpin suatu organisasi dengan tetap mempertahankan akademik. Yang harus dilakukan selain dua hal diatas , adalah usaha yang keras, sembari berdoa. Bukan dengan menghalalkan segala cara yang dapat menjerumuskan.
4. Bersifat Terbuka
Bersifat terbuka maksudnya harus mudah beradaptasi dengan segala tantangan dan rintangan yang menghadang. Menjadi seorang organisatoris yang akademis atau akademisi yang selalu berkelindan dengan kehidupan organisasi harus senantiasa terbuka pada semua kemungkinan. Sifat terbuka ini juga berarti selalu ingin tahu, ingin berkembang, terbuka pada perbedaan, juga terbuka pada pendapat, kritik, dan masukan dari orang lain.
5. Refleksi Diri
Terpenting dari semua itu ialah melakukan evaluasi diri, tidak ada manusia yang sempurna. Semua harus dilakukan dengan evaluasi diri, dan banyak bersyukur. Sehingga kegagalan yang terjadi merupakan bentuk keberhasilan yang tertunda.
Menjadi akademisi sembari aktif berorganisasi bukan hal sulit, memang cukup menantang tetapi akan sangat bermanfaat jika dilakukan secara berimbang. Sebab kesempatan menjadi mahasiswa hanya sekali, maka jangan disia-siakan. (Dani Alifian/gg)