SURABAYA, Tugujatim.id – Pemkot Surabaya memasang membran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo untuk mengatasi bau. Proses yang dilakukan di TPA Benowo tersebut sudah berjalan sekitar 85 persen. Rencananya, Pemkot Surabaya akan merampungkan seluruhnya pada akhir Agustus 2022.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, pihaknya tidak hanya menutup seluruh TPA Benowo menggunakan membran. Tapi, juga melakukan penanaman 4.000 bambu serta 3.000 pohon jenis lain pada Jumat (26/08/2022).
“TPA Benowo seluas kurang lebih 37 hektare kami tutup seluruhnya menggunakan membran. Karena angin di kawasan Benowo itu kencang. Kemarin sebagian membran dibuat terbuka serta ditata,” katanya.
Menurut dia, pohon bambu dipilih karena dirasa lebih kuat untuk menahan dan menghalau bau serta polusi udara dari TPA Benowo. Selain itu, tumbuhan akar serabut itu juga dapat tumbuh dengan baik di TPA itu.
“Kalau bambu itu kan akarnya tumbuh merambat ke samping, nggak sampai ke dalam. Kalau pohon jenis lain akarnya masuk ke dalam. Nah, kalau itu (akar) menyerap air sampah akan mati, makanya kemarin kenapa menanamnya pakai media tanah dan bis beton,” jelas Hebi.
Meski sejauh ini sudah terbilang berhasil, tapi beberapa waktu lalu sempat tercium bau sampah di sekitar TPA Benowo. Hebi mengungkapkan, itu karena ada penataan sampah.
“Sebenarnya sudah tidak bau kalau pengelolaannya bagus, kemarin bocor karena penataan sampah,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meminta ada petugas DLH yang mengawasi TPA Benowo serta memastikan penyemprotan zat kimia untuk mengurangi bau, terus berjalan.
“Saya ingin semuanya tertutup seluruhnya dengan membran. Kemudian menempatkan petugas DLH untuk mengawasi TPA dan memastikan penyemprotan zat kimia berjalan. Harusnya nggak bau. Lek sik mambu, yo berarti pengawasane sing kurang. (Kalau masih bau berarti pengawasannya kurang),” kata Eri saat sidak pada Jumat malam (26/08/2022).
Eri menjelaskan, treatment itu sudah menjadi bagian dari prosedur perjanjian pihak ketiga yang mengelola sampah TPA. Maka, DLH wajib melakukan pengawasan ketat agar hasilnya maksimal.
Dia juga meminta DLH untuk menambah buffer zone berupa tanaman pohon bambu di sekitar TPA yang saat ini sudah ada. Tujuannya, mengurangi polusi udara serta zat kimia yang disemprotkan oleh pihak ketiga.
“Sebenarnya sudah ada lima pohon, tapi masih kurang. Saya inginnya 10-15 agar lebih rapet. Jadi, setiap bis beton itu penuh untuk menghalau bau sekaligus mengurangi polusi dan zat kimia yang disemprotkan. Tiga hari lagi saya ke sini untuk cek lagi,” harapnya.