Tugujatim.id – Tumpahan minyak bekas dari proses penambangan tradisional yang ada di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, memang parah. Beberapa permukaan tanah nampak dipenuhi minyak bekas. Karena itu, kelompok 12 KKN Unigoro berupaya mengatasinya.
Selain tanah, sungainya juga bukan lagi menampung air jernih, tapi limbah. Belum lagi beberapa sumur bekas tambang yang sudah tidak digunakan lagi dengan kondisi mengenaskan. Kondisi itulah yang menggerakkan kelompok 12 KKN-TK Universitas Bojonegoro (Unigoro) untuk membantu masyarakat Wonocolo memulihkan kondisi lingkungan yang mulai rusak.
Mahasiswa KKN Unigoro Tawarkan Eco-Enzyme Jadi Solusi Penanganan Limbah
Para mahasiswa KKN Unigoro pun memilih Eco-Enzime sebagai solusi untuk mengurai limbah dan mengembalikan kondisi lingkungan. Sebagai langkah awal, kelompok KKN Unigoro ini mengadakan pelatihan pada Senin (31/06/2023) yang bertempat di Balai Desa Wonocolo. Mereka menggandeng pemerintah Desa Wonocolo dan kelompok tani setempat.
Kelompok 12 yang diwakili oleh Abrori dan Diah pun menyampaikan materi tentang eco-enzyme. Di mana keduanya telah belajar langsung dari praktisi eco-enzime dari Kota Batu, yakni Bu Gung.
Febri, koordinator kegiatan, ini menjelaskan beberapa alasan kenapa eco-enzime menjadi solusi yang ditawarkan mahasiswa Unigoro.
“Karena larutan ini disebut larutan serbaguna. Banyak riset menyebutkan bahwa eco-enzime dengan kandungan beragam enzimnya mampu mengurai struktur kimia,” jelasnya.
Dia juga menyebutkan contoh penggunaan eco-enzyme di Kota Batu. Larutan tersebut telah digunakan sebagai larutan penyemprot TPA Kota Batu dan akhirnya membuat baunya terurai.
“Selain soal fungsi, kelompok 12 KKN-TK beralasan mengunakan eco-enzime karena proses pembuatannya cukup dengan menggunakan bahan-bahan yang ada dari dapur,” ujar Febri.
Mahasiswa KKN Unigoro Ajak Warga Wonocolo Praktik Buat Eco-Enzyme Langsung
Dalam workshop yang dilakukan, tidak hanya proses penyampaian materi, tapi juga praktik pembuatan langsung. Warga desa membuat larutan yang dikembangkan Dr Rosukon Poompanvong ini dengan diawali menyiapkan bahan-bahan.
Beberapa bahan yang digunakan untuk membuat eco-enzime adalah sisa buah dan sayuran. Seperti kulit buah, sisa sayuran, buah afkir, dan buah yang telah rusak. Selain itu, juga terdapat bahan lain seperti gula, yakni gula merah atau molase. Dan air yang bisa diperoleh dari air keran, air hujan, hingga air buangan AC. Selanjutnya campuran dimasukkan ke wadah dan disimpan selama 90 hari untuk proses fermentasi.
Dalam prosesnya, warga terlihat sangat tertarik, terlebih ketika mengetahui manfaat dari eco-enzime yang dapat digunakan sebagai bahan keperluan sehari-hari seperti bahan tambahan sabun cuci piring dan pembersih lantai. Diah menjelaskan, hal ini karena dalam eco-enzime terdapat enzim yang juga bisa bersifat antiseptik.
Pihak desa juga senang atas inisiatif yang dilakukan kelompok 12 yang memang selama KKN tidak hanya fokus pada program-program monumental. Dalam sambutannya, kades Wonocolo menyampaikan rasa terima kasihnya atas pelatihan tersebut. Karena selain berfungsi sebagai pengurai limbah, eco-enzime juga bisa bermanfaat sebagai pengganti sabun cuci piring.
“Saya sangat merasa senang dengan adanya kegiatan ini karena dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah limbah rumah tangga, di mana limbah tersebut sangat mudah dijumpai di rumah masing-masing,” ujar kepala desa.
Febri selaku koordinator program pun berharap, dengan adanya pelatihan ini dapat menjadi inspirasi dan dilakukan kelanjutannya oleh warga desa. Terlebih bahan yang dibutuhkan mudah didapat dan manfaat yang didapatkan sangat luas.
“Selain itu, semoga dengan eco-enzim ini bisa membantu mengurai limbah yang banyak dari hasil proses pengeboran minyak tradisional,” jelasnya di sela-sela kegiatan KKN Unigoro di Desa Wonocolo.
Writer: Imam A. Hanifah
Editor: Dwi Lindawati