BOJONEGORO, Tugujatim.id – Di wilayah Bojonegoro terkenal dengan kebun belimbing dan jambu kristalnya. Namun, ada satu kebun buah yang masih asing dan jarang diketahui masyarakat, yaitu kebun buah jeruk. Nah, silaturahmi dan wisata saya kali ini ke kebun buah yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro.
Beruntung Sabtu (03/07/2021) saya bersama ketiga teman jurnalis lainnya mendapat kesempatan untuk mengunjungi kebun buah jeruk milik perseorangan tersebut. Bagaimana tidak beruntung, untuk bisa datang dan berkunjung ke kebun buah ini, kami harus membuat janji dengan pemiliknya. Sebenarnya kebun buah ini dibuka untuk umum. Karena masa pandemi Covid-19 seperti ini, pihak pemilik hanya menjualnya lewat online atau dengan sistem cash on delivery (COD).
Sesampainya di lokasi, kami tidak langsung menuju kebun buah jeruk. Kami berkesempatan untuk bercengkerama dan berkenalan dengan keluarga Sakur, pemilik kebun buah jeruk tersebut. Setelah beberapa menit, kami langsung bergegas menuju kebun buah yang tepat berada di belakang rumahnya.
Meski kebun jeruk ini tidak memiliki lahan luas serta berada di tengah pepohohan jati, tapi kami melihat puluhan pohon buah jeruk dengan ribuan buahnya yang bergelantungan seolah membuat tenggorokan kami langsung memanggil dan ingin segera menyantapnya.
Seakan tahu apa yang kami pikirkan, Sakur meminta kami untuk memetik dan memakan buah yang ada di tempat tersebut.
“Ambil, makan sepuasnya nggak papa, Mbak,” ucap Sakur dengan senyum ramahnya.
Seruannya membuat senyum kami merekah bak mendapat sebongkah berlian. Tanpa ragu-ragu, kaki kami melangkah, tangan pun langsung meraih dan memetik buah yang siap disantap. Namun keberuntungan belum berpihak kepada saya kali ini, buah yang dipetik ternyata memiliki rasa yang cukup asam.
Ternyata bukan hanya saya dan teman-teman, rupanya beberapa pengunjung lain juga datang untuk memetik buah jeruk milik Sakur. Sebenarnya kebun buah ini punya dua titik. Titik pertama berada persis di belakang rumahnya, sedangkan titik kedua berada sekitar 20 meter dari titik pertama. Namun yang membedakan, titik kedua ini buahnya memiliki rasa yang lebih manis karena berada di atas tanah merah. Benar saja, satu buah yang saya petik memiliki rasa manis dan warnanya lebih oranye dari buah di kebun buah yang sebelumnya. Bahkan, dalam satu pohon, buahnya lebih banyak.
Selain bisa mencicipi buah sepuasnya, kami pun tak lupa untuk mengabadikan momen di tengah kebun buah jeruk. Di tempat ini, saya merasa seberat apa pun masalah yang sedang dipikul bisa hilang begitu saja.
Satu setengah jam berlalu, kami segera mengambil kantong plastik untuk tempat jeruk yang akan kami beli. Meski bisa makan sepuasnya, tapi kami tidak bisa membawa pulang dengan cuma-cuma alias tidak gratis. Untuk satu kilo jeruk dijual dengan harga Rp 10 ribu. Setelah puas memetik, kami bersama Sakur langsung bergegas kembali ke rumah untuk melakukan transaksi pembayaran.
Selain mendapat kepuasan memetik jeruk, dari silaturahmi dan wisata ini, saya bersama teman-teman juga mampu belajar bagaimana memanfaatkan lahan kosong sehingga memperoleh penghasilan untuk keluarga.