Tugujatim.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan teknologi hybrid pupa ulat sutra. BRIN Lewat Pusat Riset Zoologi Terapan melakukan riset terkait budidaya dan pemanfaatan ulat sutra (Bombix Mori) sebagai produk dari industri sandang, sekaligus mendukung perkembangan industri kreatif Indonesia
Peneliti dari Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Lincah Andadari mejelaskan bahwa adanya permasalahan yang sedang dihadapi oleh para petani ulat sutra di Indonesia, di mana para petani masih mengalami ketergantungan pada jenis hybrid Pupa Ulat Sutra impor dikarenakan adanya keterbatasan telur ulat sutra.
Sebelumnya produksi sutra mentah di Indonesia pernah mencapai hampir 60 ton dalam kurun waktu 2002 hingga 2008. Namun pada 2009 hingga 2015 BPA mencatat produksi sutra mentah di Indonesia menurun tajam berkisar antara 12 hingga 19 ton. Karena itu pihak BRIN telah melakukan riset untuk menghasilkan teknologi sebagai penanganan masalah tersebut.
”Riset untuk pelestarian genetik dan keanekaragaman penting untuk dapat menciptakan hibrida unggul pada ulat sutra yang dapat mendorong perkembangan dan daya saing pada industri ulat sutra,” kata Lincah Andriani, peneliti Pusat Riset Zoologi mengutip dari akun @brin_indonesia pada Selasa (12/11/24).
Saat ini BRIN telah berhasil mengembangkan teknologi hybrid untuk menghasilkan pupa yang lebih unggul dengan siklus hidup pendek tetapi dapat menghasilkan serat yang banyak. Dikatakan teknologi ini dapat mengefisiensi sekitar 10 hingga 12% serat benang jika dibandingkan dengan hybrid impor.
”Kami telah berhasil mengembangkan teknologi hybrid untuk menghasilkan pupa dengan siklus pendek tetapi dapat menghasilkan serat yang banyak. Jika menggunakan pupa impor dalam 10 pupa hanya menghasilkan 10 kilogram benang, kalau menggunakan teknologi kami cukup dengan 6 atau 7 pupa untuk menghasilkan jumlah benang yang sama,” kata Lincah Andriani, peneliti Pusat Riset Zoologi mengutip dari brin.go.id pada Selasa (12/11/24).
Sutra merupakan jenis serat alami yang dihasilkan oleh serangga berjenis ngengat atau ulat dari ordo lepidoptera, dimana 90% sutra di dunia dihasilkan dari jenis ulat ini. Ada 400 hingga 500 jenis ulat penghasil sutra di dunia, tetapi hanya ada 4 jenis sutra alami yang dikenal dan diproduksi secara komersial, salah satunya adalah ulat sutra.
Peneliti Kelompok Riset Nutrisi dan Teknologi Pakan BRIN Reza Samsudin menjelaskan bahwa adanya hasil samping industri pengolahan pupa ulat dan kutil reptil selama ini dapat menimbulkan potensi permasalahan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dengan adanya teknologi hybrid ini, mereka dapat mengolah limbah dari hasil samping industri sandang menjadi pakan ikan.
”Limbah hasil samping industri dapat diolah menjadi pakan buatan yang bermanfaat yang tersusun dari berbagai bahan baku yang mudah didapatkan dan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan ikan dan mengacu ke SNI pakan ikan air tawar, sehingga harga jualnya juga kompetitif,” jelas Reza Samsudin, Peneliti Kelompok Riset Nutrisi dan Teknologi Pakan BRIN mengutip dari brin.do.id pada Selasa (12/11/24).
Adanya pemanfaatan limbah dari hasil samping industri ini dapat menggantilan bahan tepung pada pakan ikan yang selama ini masih diimpor ke Indonesia. Dan saai ini BRIN juga terbuka dengan adanya kerja sama riset untuk memproduksi pakan berbasis limbah yang nantinya masyarakat bisa secara mandiri mengolah pakan dengan bahan baku lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Penulis : Abidhah Jinan Salma Octavia/ Magang
Editor: Darmadi Sasongko