TUBAN, Tugujatim.id – Warga keturunan Arab di wilayah Kelurahan Sidomulyo dan Kutorejo, Kecamatan Tuban, ini memiliki tradisi unik saat Ramadhan. Ya, mereka terbiasa membuat sajian berbuka puasa yang akan dibagikan ke masyarakat. Namanya bubur muhdlor.
Bubur yang dibuat ini bukan sembarang bubur. Sebab, makanan yang terbuat dari bahan baku beras ini memiliki nama bubur muhdlor karena diambil dari nama masjid yang digunakan untuk tempat memasaknya. Habib Agil Abunumay, 64, takmir Masjid Muhdlor, mengatakan, pembuatan makanan ini dilakukan sejak 1937 atau sekitar 85 tahunan, jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Dia mengatakan, bubur muhdlor hanya disajikan saat Ramadhan saja. Awal mula bubur ini diberikan kepada janda, duafa, hingga orang miskin yang ada sekitar masjid dengan cara diantarkan ke rumah-rumah. Namun seiring berjalannya waktu, kini makanan itu diberikan ke masyarakat umum.
“Saya masih ingat, sekitar 1970-an, saya bersama teman-teman sebaya mengantarkan ke rumah warga yang tergolong duafa dan lain-lainnya,” cerita Habib Agil pada Senin (04/04/2022).
Namun pada dua tahun terakhir, pihak masjid tidak membuat bubur karena saat setiap kali pembagian banyak terjadi antrean. Dia melanjutkan, kondisi pandemi Covid-19 masih tinggi dan belum terkendali sehingga pengurus mengambil keputusan meniadakannya saat itu.
“Pada 2020 libur total, yang 2021 buat tapi terbatas pada jamaah yang ada di Masjid Muhdlor. Itu pun dibuatnya di luar,” ujarnya.
Cara Membuat Bubur Muhdlor:
Untuk membuat bubur ini cukup sederhana. Yaitu, beras dicampur dengan air, kemudian dimasukkan ke dalam kuali kuningan besar yang berukuran diameter 1 meter dan tingginya sama diletakkan di atas tungku api. Ketika beras mulai melunak, dimasukkan rempah-rempah, semacam bumbu gulai yang sebelumnya sudah dicampur dengan santan kelapa dan daging kambing. Rata-rata untuk memasak bubur ini dibutuhkan sekitar 20 butir kelapa dan 30 kilogram beras per hari.
“Kalau dulu meracik secara konvesional. Istilahnya rewang atau melibatkan banyak orang. Ya, bersama-sama masaknya. Terus pembakarannya menggunakan kayu bakar. Kalau sekarang sudah praktis, tinggal menuangkannya seluruh bumbu dan adonan,” ungkapnya.
Dalam sekali penyajian, pihak masjid menyediakan sekitar 350-400 porsi. Semua itu diberikan kepada masyarakat yang ingin merasakan sajian khas ini saat Ramadhan.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim