MALANG, Tugujatim.id – CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki karyawan berjiwa entrepreneurship tinggi berpotensi untuk lebih maju dan berkembang. Sebab, jika semangat jiwa entrepreneurship itu ditumbuhkembangkan menjadi jiwa intrapreneur dan semangat inovasi, maka hal tersebut bisa mendorong kemajuan suatu lembaga.
Hal tersebut disampaikan Salman Subakat saat mengisi materi pelatihan jurnalistik Fellowhisp Jurnalisme Pendidikan Batch 2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation secara virtual melalui Zoom Meeting, Selasa (27/7/2021) siang.
Salman menjelaskan bahwa karyawan yang memiliki jiwa entreprenurship di perusahaan bisa dipanggil karyawan intrapreneur.
“Untuk di Paragon ciri-ciri karyawan yang memiliki jiwa intrapreneur adalah dia self-motivated. Kedua, dia fokus dan berani beda atau unik atau gak takut apa kata orang. Kemudian senang kerja keras, kemudian dia juga seneng sama orang yang kerja keras sehingga dia dekat dengan frontline,” bebernya.

Sebagai informasi, dalam gelaran Fellowship Jurnalisme Pendidikan yang digelar Selasa (27/7/2021) ini juga dihadiri Direktur GWPP sekaligus Pimpinan Redaksi Tugu Jatim, Nurcholis MA Basyari. Founder and Director Aren Energy Investment, Toronata Tambun. Direktur Center for Policy and Public Management SBM ITB, Yudo Anggoro. Dan para wartawan senior sekaligus mentor Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 2 diantaranya M Nasir, Haryo Prasetyo, Frans Surdiasis, dan Tri J Sukaryana.
Pada kesempatan itu, Salman Subakat juga mencontohkan Starbucks sebagai perusahaan yang sangat dekat dengan frontline, begitupun Paragon yang dekat dengan 10 ribu karyawannya.
“Kemudian ciri-ciri lainnya dia gak suka birokrasi, anti-birokrasi senangnya cepat, dan senangnya real bisnis, jadi gak suka bisnis yang kesannya besar atau kalau dalam penjualan itu dia senang bisnis yang langsung menyentuh konsumen. Kemudian entrepreneur ini melakukan pekerjaan gak semata-mata karena gaji, karena mereka punya believe. Jadi mereka punya value based yang bekerja tidak hanya semata-mata karyawan atau pegawai,” tuturnya.
Lebih lanjut, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengakui tidak semua orang memiliki jiwa entrepreneurship.
“Entrepreneurship memang semua tidak bisa, mungkin hanya 5-7 persen dari total populasi. Dan itu tidak masalah siapa yang lebih hebat atau tidak, tapi di satu sisi bisa ditumbuhkan dan diajarkan,” jelasnya.
“Makanya ada kuliah entrepreneurship, lalu ada inovasi yang sangat dekat dengan entrepreneurship,” sambungnya.
Ia juga menjelaskan bahwa yang membangun PT Paragon sebenarnya adalah karyawan, dan itu adalah sebuah budaya yang bisa dibangun dan diciptakan. Dan memang diperlukan framework dan development. Salman juga mengungkapkan framework dan development juga penting untuk membangun early carrer.
“Saya juga berpesan pada teman-teman wartawan yang masih muda bahwa mereka juga bisa menjadi intrapreneur di medianya masing-masing. Karena kita percaya suatu saat teman-teman akan berada di posisi manajerial, maka di situ intrapreneurial sangat penting,” pungkasnya.