TUBAN, Tugujatim.id – Cuaca Ekstrem Jawa Timur, gelombang panas terasa di Provinsi Jawa Timur dengan suhu maksimum mencapai 37,2°C di beberapa wilayah. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur, suhu maksimum tertinggi tercatat di Lamongan pada 16-17 September 2024.
Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk gerak semu matahari, perubahan iklim dan fenomena urban heat island di daerah perkotaan.
Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Kelas III Tuban, Zem Irianto Padama menyampaikan, kondisi suhu yang panas ini disebabkan oleh posisi matahari yang mendekati khatulistiwa.
“Pada September, matahari bergerak mendekati khatulistiwa. Sekitar tanggal 21 September, matahari akan berada tepat di atas garis khatulistiwa, yang membuat wilayah-wilayah di sekitar Jawa Timur mengalami suhu maksimum yang lebih panas dari biasanya,” jelasnya, Selasa (17/09/2024).
Selain itu, fenomena urban heat island atau pulau panas perkotaan turut memperparah kondisi di daerah-daerah padat bangunan seperti Surabaya dan Mojokerto. Pada Daerah perkotaan, suhu cenderung lebih tinggi dibandingkan pedesaan karena jumlah bangunan yang padat, kurangnya vegetasi, dan efek rumah kaca. Surabaya sendiri mencatatkan suhu tertinggi kedua setelah Lamongan, dengan angka mencapai 35,2°C di Stasiun Maritim Perak II.
Perubahan iklim global juga menjadi penyebab meningkatnya suhu maksimum di wilayah ini. Efek pemanasan global telah berdampak pada pola cuaca ekstrem di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
“Perubahan iklim menyebabkan udara semakin kering dan panas, terutama selama bulan September hingga Oktober,” ungkap Zem.
Ia juga memperingatkan bahwa kondisi ini akan terus berlanjut selama periode tersebut, sehingga masyarakat diimbau untuk lebih waspada dan bijak dalam beraktivitas di luar ruangan.
Selain Lamongan dan Surabaya, daerah lainnya yang turut mengalami suhu maksimum ekstrem adalah Mojokerto, dengan suhu mencapai 34,9°C, dan Situbondo di angka 34,3°C. Sementara itu, Tuban mencatatkan suhu maksimum sebesar 33,5°C.
BMKG Jawa Timur memberikan beberapa himbauan penting kepada masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah dengan suhu maksimum yang tinggi.
“Kita harus menghindari dehidrasi dengan minum air yang cukup, menggunakan tabir surya, dan menghindari paparan sinar matahari langsung,” tambah Zem.
Selain itu, BMKG juga mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas yang berpotensi memicu kebakaran, terutama di hutan dan lahan.
Bagi masyarakat di wilayah pedesaan, BMKG mendorong penggunaan air bersih dengan bijak, mengingat kondisi cuaca kering yang berpotensi memperparah masalah kekurangan air. Pengelolaan sumber daya air yang baik menjadi hal penting dalam menghadapi suhu panas yang ekstrem ini.
Berdasarkan prediksi BMKG, suhu maksimum di Jawa Timur diperkirakan akan terus meningkat hingga matahari bergerak lebih jauh ke selatan, sekitar bulan Oktober. Di bulan tersebut, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan mengalami suhu yang semakin tinggi.
Zem menegaskan, kondisi seperti ini memang sudah menjadi siklus tahunan akibat gerak semu matahari. Namun, dengan adanya perubahan iklim, kita mungkin akan menghadapi kondisi yang lebih ekstrem di tahun-tahun mendatang.
Bagi masyarakat yang merencanakan aktivitas luar ruangan, BMKG mengimbau untuk memonitor terus informasi cuaca terkini. “Penting bagi masyarakat untuk mengikuti perkembangan cuaca melalui kanal-kanal resmi BMKG,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Mochamad Abdurrochim
Editor: Darmadi Sasongko