PASURUAN, Tugujatim.id – Bila orang melihat sampah sebagai barang yang tak berguna, lain halnya dengan Bripka Iwan Soedarmono. Justru berkat sampah, anggota Satlantas Polres Pasuruan Kota ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan lingkungan sekitarnya.
Di sela-sela kesibukannya sebagai polisi, Iwan menjalankan bisnis sampingan daur ulang sampah plastik di Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Iwan mulai terjun dan merintis usaha daur ulang sampah sejak 2013 ketika dia masih menjadi Bhabhinkamtibmas. Iwan mengolah sampah-sampah plastik menjadi biji plastik yang dijual kembali kepada industri dan pabrik-pabrik.
Usaha daur ulang sampah plastik yang dijalankannya tidak semata-mata mencari keuntungan. Melainkan juga diniatkan untuk memberdayakan para kaum “pinggiran”.
Iwan menuturkan dari 24 pegawainya, separuh lebih merupakan janda dan lansia di wilayah Kecamatan Gondangwetan. “Ada 14 orang ibu-ibu janda dan lansia yang ikut kerja di sini. Mereka sudah tidak mungkin diterima bekerja di perusahaan. Hati saya tergerak memberikan nafkah dan pekerjaan tapi tidak merendahkan martabat mereka,” ujar Iwan, pada Jumat (3/3/2023).
Selain itu, Iwan juga pernah mempekerjakan eks narapidana (napi) untuk ikut mendaur ulang sampah. Menurut Iwan, para napi kerapkali kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Keadaan tersebut membuat mereka berpotensi kembali jatuh melakukan tindak kriminalitas. Maka, dia mau mempekerjakan para napi agar bisa menekan angka kriminalitas.
“Dulu pernah ada beberapa narapidana yang bekerja di sini. Mereka sekarang sudah ‘lulus’ dari sini dan punya usaha sendiri,” ungkapnya.
Iwan menuturkan bahwa awal mula dia terpikir untuk membangun usaha daur ulang sampah plastik karena prihatin dengan kondisi krisis lingkungan sekitarnya.
Hati Iwan terusik saat melihat banyak sampah berserakan yang dibuang sembarangan. Apabila tak didaur ulang, sampah-sampah plastik tersebut bisa mencemari lingkungan, termasuk berpotensi mengakibatkan bencana alam seperti banjir.
“Bahaya plastik kalau tidak diolah benar secara kasat mata saja banjir, kalau dibuang ke sungai lambat laun mengalami pendangkalan dan sampah menyumbat saluran air,” jelasnya.
Selain itu, sampah terutama jenis plastik sulit terurai. Butuh waktu hingga puluhan tahun agar sampah bisa terurai secara alami. Maka, menurut Iwan cara yang paling tepat untuk mengurangi dampak buruk dari timbunan sampah plastik adalah dengan mendaur ulangnya kembali menjadi biji plastik.
“Kalau plastik dibakar, potensinya polusi. Kalaupun hancur itupun tidak 100 persen, tapi jadi microplastik yang kalau diserap air akan berbahaya kalau dikonsumsi manusia,” imbuhnya.
Dari situlah, Iwan meyakinkan diri untuk mengikuti program pemerintah untuk mengelola bank sampah.
Iwan mengaku awal mula memulai usaha daur ulang sampah memang tak mudah.
Di saat modal masih minim, dia sendiri yang mengumpulkan hingga memilah sampah sepulang dinas dari instansi kepolisian.
Dia juga kerap mendapat olok-olokan dari rekan kerjanya ketika mengumpulkan sampah. Meski begitu, Iwan tak terlalu menggubris dan terus menjalankan usahanya. Bahkan usaha sampingannya ini bisa membiayai kuliahnya hingga lulus menjadi sarjana.
“Pernah awal-awal diolok-olok internal rekan sejawat, dibilang lulus sarjana hukum dari sampah, bilang aja sarjana rosokan. Tapi saya tidak masukkannya ke hati karena yang penting penghasilan saya halal, ” ungkapnya.
Selama hampir 10 tahun berjalan, usaha Iwan kini sudah makin berkembang pesat. Dari yang awalnya dia harus menyewa tempat untuk gudang daur ulang sampah, kini dia sudah punya lokasi dan mesin pengolah sampah plastik sendiri.
Dalam satu hari, dia bisa menghasilkan 3 ton biji plastik. Sementara dalam satu bulan, usahanya bisa mengolah antara 60 hingga 70 ton sampah plastik.