TUBAN, Tugujatim.id – Di tengah gemerlap modernitas, kehadiran jajanan tradisional kembali meraih sorotan. Salah satunya adalah jajanan jadul Dumbek, salah satu kuliner khas Tuban yang tetap bertahan sebagai buah tangan yang kaya akan nostalgia bagi banyak orang.
Dumbek memiliki cita rasa unik dan khas menjadi ikon kuliner yang melambangkan kekayaan budaya Tuban. Dibuat dari campuran tepung terigu, gula, santan kelapa, dan bahan-bahan alami lainnya, jajanan jadul dumbek ini memiliki tekstur yang enak dan lembut di dalamnya. Tidak hanya itu, aromanya yang harum dan cita rasanya yang manis membuatnya selalu dinantikan oleh penggemar kuliner tradisional.
Kemasan dari jajanan ini tergolong unik yaitu terbuat dari lilitan daun siwalan dengan bentuk mengerucut seperti terompet menempatkan dumbek layak dibawa sebagai buah tangan untuk keluarga maupun relasi.
Meski telah berusia puluhan tahun, jajanan jadul dumbek tidak kehilangan daya tariknya. Setiap pembuatannya masih menggunakan metode tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Proses pembuatannya yang memerlukan keahlian khusus dan ketelatenan membuatnya menjadi sebuah seni tersendiri.
Menjadi salah satu jajanan jadul yang tetap diminati, dumbek tidak hanya menjadi cemilan favorit bagi masyarakat lokal, tetapi juga menjadi buah tangan yang sangat dicari saat berkunjung ke Tuban. Dengan kemasan yang menarik dan harga yang terjangkau, dumbek mampu memikat hati siapa pun yang mencicipinya.
Perajin Dumbek Miftahulrohmah, warga asal Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, Tuban, ini masih setia menjaga tradisi pembuatannya telah mewariskan seni tersebut dari generasi ke generasi. Proses pembuatan yang membutuhkan keterampilan dan ketelatenan membuat setiap dumbeknya memiliki ciri khas tersendiri.
“Kami mengutamakan kualitas dan keaslian dalam pembuatan dumbek. Setiap langkah, mulai dari mencampur tepung beras hingga membentuknya menjadi bentuk yang khas, dilakukan dengan teliti,” ungkap perempuan yang telah menggeluti profesi ini selama puluhan tahun ini.
Miftahulrohmah juga menyampaikan, setiap momentum puasa seperti ini, penjualan dumbek naik drastis. Bahkan saat mendekati Lebaran, kenaikannya mencapai 2.000 buah atau 10 kali lipat. Jika pada hari biasanya hanya 200 buah terjual.
“Kalau mendekati Lebaran yang pesan banyak bisa 2.000 buah per hari, Mas,” kata pengusaha rumahan yang sudah menggeluti bisnisnya sejak tahun 1999 ini.
Meski seiring waktu mengalami perubahan harga jual karena ada penyesuaian dengan harga bahan- bahan produksi. Namun, menurut dia, harga dumbek masih terhitung murah jika disandingkan dengan rasa jajanan, proses pembuatan, serta kemasannya yang khas.
“Kalau harga saat ini variatif mulai dari Rp1.500-Rp5.000 per buah,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu pembeli bernama Jumali menyampaikan, dia sengaja pesan untuk oleh-oleh saudaranya yang kebetulan main ke rumah. Selain untuk oleh-oleh, dumbek biasanya juga disajikan untuk suguhan berbuka puasa. Tidak hanya itu, jajanan khas ini juga sering disuguhkan saat Lebaran.
“Ini dibuat oleh saudara dari Ponorogo,” tutur Jumali yang gemar membeli jajanan jadul dumbek sebagai oleh-oleh.
Meski perkembangan teknologi telah menghadirkan berbagai pilihan jajanan modern, keberadaan dumbek justru semakin menarik minat banyak orang untuk menyelami kembali cita rasa masa kecil dan kekayaan budaya lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Mochamad Abdurrochim
Editor: Dwi Lindawati