SURABAYA, Tugujatim.id – Viral belasan difabel bekerja sebagai waiters di salah satu kafe di pusat Kota Surabaya, Jawa Timur. Diketahui, program tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Destiny Learning Center (DLC) dengan pihak kafe.
Program yang melibatkan difabel downsindrom (DS) tersebut bernama Destiny Project. Di mana sebelumnya DLC telah memberikan kesempatan kepada kawan difabel DS untuk bisa merasakan langsung dunia kerja.
“Destiny Learning Centre untuk anak-anak special need. Kami punya visi untuk membantu setiap anak menemukan destiny-nya masing-masing, karena kami percaya bahwa setiap anak ketika dilahirkan pasti ada visinya Tuhan. Anak-anak special need ini punya jalur sendiri,” kaya Ketua Destiny Project, Sasha, pada Jumat (25/8/2023).
Sasha mengatakan, tujuannya membangun Destiny Project layaknya sekolah reguler. Para penyandang difabel DS bisa mengasah skill mereka seperti memasak, menggambar, menyulam, dan masih banyak lagi.
“Waktu saya membuat Destiny Learning Centre bersama dua rekan saya itu kita punya subject besar yaitu life skill nya dan basic entrepreneurship yang dimulai dari kita mengasah skill-skill mereka. Ketika kita sudah menemukan skill peminatannya mereka di mana, kita akan arahkan sampai itu bisa balik ke diri mereka sendiri, bisa menghasilkan untuk diri mereka sendiri,” jelasnya.
DLC sendiri memiliki beberapa program pelatihan selama satu minggu dua kali dengan lokasi yang berubah-ubah. Menghindari kesan yang membosankan, DLC juga berhadap tempatnya menjadi ruang latihan yang nyaman dan aman. Sebelum di resto ONNI House, salah satu tempat yang mendapatkan pengalaman unik adalah di Coffe Shop.
“Mereka bekerja, kalau bekerja di tempat orang, apa yang harus mereka lakukan, misalnya datang on time, pakai seragam, bagaimana berbicara dengan orang lain itu ada di pembelajaran kami,” kata Sasha saat ditanyai apa saja yang dipelajari selama latihan.
Mengingat kawan-kawan tersebut memiliki kondisi DS, DCL mempunyai trik khusus untuk menenangkan mereka ketika mendadak tantrum. “Kita juga ada self management yang masih dalam program destiny. Berkaitan bagaimana mereka mengatur emosi, karena mereka ini kan emosinya naik turun,” ungkapnya.
“Jadi ketika ada public space yang memberi kami ruang untuk belajar dan berkembang itu sangat menggembirakan sekali. Harapannya tidak hanya di sini saja, tapi bisa menyebar kemana-mana,” tandasnya.
Reporter: Izzatun Najibah
Editor: Lizya Kristanti