Inovasi Baru Dosen Kimia Unair Surabaya, Ciptakan Kali Pertama Pembersih Racun Gagal Ginjal lewat Membran Hemodialisis

Dosen Kimia Unair Surabaya.
Dosen Departemen Kimia Unair Surabaya sekaligus tim insiator produksi membran hemodialisis Yanuari Raharjo. (Foto: dok. Unair Surabaya)

SURABAYA, Tugujatim.id Dosen Departemen Kimia Unair Surabaya menginisiasi pengembangan riset membran hemodialisis pertama di Indonesia. Dosen Kimia Unair Surabaya ini mengklaim membran tersebut dinilai mampu membersihkan darah dalam tubuh pada pasien penderita gagal ginjal.

Membran hemodialisis adalah suatu membran yang digunakan untuk terapi hemodialisis. Fungsinya sebagai inovasi untuk membersihkan darah bagi pasien gagal ginjal. Namun, tidak semua jenis racun uremik dapat dibersihkan oleh membran hemodialisis.

Water-Soluble Uremic Toxins (WSUT), salah satu jenis racun uremik yang ada di dalam darah penderita gagal ginjal terbukti ampuh dapat dibersihkan oleh membran hemodialisis dengan menggunakan sistem low flux. Racun uremik lainnya, Middle-molecular uremic toxins (MMUT) juga dapat dibersihkan dengan sistem high flux.

Namun, ada salah satu jenis racun uremik yang sulit dibersihkan, yakni Protein-Bounded uremic toxins (PBUT). Karena racun tersebut harus dibersihkan dengan menggunakan sistem hemoperfusi.

Untuk diketahui, hemoperfusi memiliki banyak kekurangan bila diaplikasikan penderita gagal ginjal karena protein dalam darah yang masih diperlukan oleh tubuh kan terserap oleh adsorben yang menjadi pemeran utama dalam sistem hemoperfusi. Karena itu, dosen Kimia Unair Surabaya mengembangkan penelitian yang dinilai mampu membersihkan racun uremik WSUT, MMUT, dan PBUT dengan menggunakan inovasi Mixed Matrix Membran Adsorber (MMMA).

Dosen Kimia Unair Surabaya yang mengembangkan penelitian tersebut yakni Yanuardi Raharjo bersama para peneliti lainnya Prof Djoko Santoso, Mochammad Zakki Fahmi, Siti Wafiroh, dan lain-lainnya. Juga menggandeng peneliti dari Universiti Teknologi Malaysia Prof Datuk Ahmad Fauzi Ismail dan Prof Mohd Hafiz Dzafran Othman. Mereka tergabung dalam tim Membran Science and Technology Research Group (MSTRG).

“MMMA yang dikembangkan memadukan polimer sintetik polietersulfon dengan dsorben zeloit yang sudah dimodifikasi menggunakan teknik imprinting sehingga bisa meningkatkan selektivitas adsorben. MMMA yang kami kembangkan memiliki skala 50 persen untuk membersihkan WSUT, MMUT, dan PBUT,” kata Yanuardi.

Dia juga mengatakan, pengujian karakteristik membrane, performa membrane, hingga uji in vitro telah terindikasi dengan baik. Selain itu, inovasi MMMA ini telah menghasilkan beberapa publikasi di jurnal internasional bereputasi dan terindeks SCOPUS (Q3 hingga Q10) dan terpaten melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI.

“Selama ini membrane hemodialisis yang digunakan oleh pasien di Indonesia kebanyakan impor. Di Indonesia belum ada yang memproduksi membrane hemodialisis. Jadi, itulah kenapa kami menginisiasi untuk memproduksinya,” ujar Yanuardi.

Dia bersama tim berharap agar hasil penemuannya tersebut dapat bermanfaat bagi membranologis, internis kedokteran, dan nefrologi. Selain itu, dapat diaplikasikan pada penderita gagal ginjal dan aplikasi blood purification pada berbagai jenis penyakit umum.

Writer: Izzatun NajibahEditor: Dwi Lindawati