MALANG, Tugujatim.id – Kompleks Pesarean Ki Ageng Gribig Kota Malang tak pernah sepi pengunjung meski masa pandemi Covid-19. Meski ada pembatasan jam kunjungan dan melaksanakan prokes ketat, mereka tetap menggelar Festival Rumat Ramut Wulan Mulud di makam ini dengan mengajak para peziarah untuk kirab pusaka pada Jumat (22/10/2021). Seperti apa pelaksanaannya di tengah pandemi Covid-19?
Kadisporapar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni mengatakan, Kota Malang sedang mengajukan QR Code kampung-kampung tematik agar bisa dibuka kembali untuk dikunjungi wisatawan. Meski Pokdarwis Kampung Gribig Religi telah yang mengelola Kompleks Pesarean Ki Ageng Gribig sejak adanya pandemi yang sebenarnya tidak pernah ditutup.
“Tapi, jam ziarah dan jumlah pengunjung yang relatif terkontrol membuat pesarean ini paling siap menerima kunjungan wisata,” ujar dia dalam sambutannya.
Sementara itu, Ketua Pokdarwis Kampung Gribig Religi Devi Arif Nurhadyanto mengatakan, para peziarah dari Komunitas Seni Budaya Nusantara tampak datang untuk turut memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di makam Pesarean Ki Ageng Gribig pada Jumat Legi (22/10/2021). Mereka hadir mengikuti prosesi kegiatan Festival Rumat Ramut Wulan Mulud. Itu merupakan event tahunan Kampung Gribig Religi.
Arif melanjutkan, acara ini merupakan rangkaian 27 virtual event kampung tematik se-Kota Malang dengan kemasan Sambang Kampung bangkitnya wisata di Kota Malang. Gelaran eventnya termasuk kegiatan wisata budaya dengan kemasan kirab pusaka dan tumpengan robyong.
“Acara ini diharapkan ke depannya mampu meningkatkan kunjungan wisata religi. Wisatawan tidak hanya berziarah saja, tapi juga bisa terlibat dalam event di Kampung Gribig Religi ini,” terang Arif.
Sedangkan Isa Wahyudi atau yang biasa dipanggil Ki Demang yang juga menjadi Ketua Tim Ahli Cagar Budaya menyampaikan, kegiatan tradisi Bulan Maulud di Pesarean Ki Ageng Gribig merupakan upaya pemanfaatan cagar budaya di kompleks makam-makam Bupati Malang.
“Festival atau tradisi Bulan Maulud di Pesarean Ki Ageng Gribig itu upaya pemanfaatan cagar budaya di kompleks makam-makam Bupati Malang,” ujarnya.
Menurut dia, Kompleks Makam Ki Ageng Gribig ada dua bangunan yang ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Makam Bupati Malang tahun 2018. Dia melanjutkan, sehingga Festival Rumat Ramut Wulan Mulud ini diharapkan mampu merumat lingkungan pesarean dan Bangunan Cagar Budaya Makam Bupati Malang. Dia mengatakan, rumat ramut berarti melestarikan tradisi yang masih ada dan terjaga oleh warga.
Dia menjelaskan, kegiatan pelestarian tradisi Maulud ini juga termasuk upaya melestarikan objek pemajuan kebudayaan nasional. Dia berharap acara peringatan dan ritual ini juga menjadi wisata edukasi berbasis budaya yang bersinergi dengan pemanfaatan cagar budaya.
Sedangkan Ki Haryo Seto yang memimpin rombongan kirab tumpeng robyong berkeliling tiga kali area kompleks Pesarean Ki Ageng Gribig. Dia menyampaikan orang Jawa kalau menyampaikan sesuatu dengan simbol seperti yang akan dikirab.
Dia mengartikan makna songsong/payung simbul keimanan, bendera merah putih simbul bersatunya manusia laki-laki dan perempuan, prapen bara api simbol semangat, kendi artinya tempat wadahnya air sumber kehidupan, tumpeng robyong bentuk syukur dinikmati bersama, dan gunungan buah artinya puncak suka cita perayaan Maulid Nabi. (*)