PASURUAN, Tugujatim.id – Keberadaan bank sampah Desa Pacarkeling di Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, membawa dampak besar bagi pola hidup warga setempat. Kebiasaan warga membuang sampah sembarangan perlahan berganti dengan antusiasme menghasilkan cuan dengan menabung sampah.
Gerakan menabung sampah di Bank Sampah Desa Pacarkeling ini digerakkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Gerakan Membangun Pacarkeling (Gempar). Geliat bank sampah ini didukung pula lewat program CSR PT Amerta Indah Otsuka yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Ketua KSM Gempar Edi Suntoro mengakui memang tidak mudah untuk menyadarkan masyarakat akan menjaga kebersihan lingkungan.
“Dulu, warga tidak sungkan kalau buang sampah sembarang,” ujar Edi saat peresmian bank sampah Desa Pacarkeling pada Selasa (13/12/2022).
Sejak 2021, KSM Gempar terus mengedukasi warga terkait manfaat menabung di bank sampah. Lambat laun anggapan sampah yang kerap dianggap sebagai limbah mulai sirna.
Warga kini sadar, sampah masih punya nilai ekonomis dan diubah menjadi cuan. Warga juga merasakan manfaat karena kampungnya semakin bersih.
Menurut Edi, kini sudah ada 268 orang yang terdaftar sebagai nasabah bank sampah.
“Sekarang bank sampahnya sudah jalan di dua dusun, yaitu Dusun Bawang sama Dusun Krajan, tapi tiga dusun lain sudah ada yang tertarik ikut,” ungkapnya.
Sementara itu, Corporate Communication Director PT Amerta Indah Otsuka Sudarmadi Widodo mengatakan sampah sudah menjadi isu dan permasalahan lingkungan yang nyata di hampir semua daerah. Menurut dia, ribuan ton sampah kerap mencemari lingkungan, terutama perairan di wilayah Kabupaten Pasuruan.
Melalui program Otsuka Eco Village, pihaknya memfasilitasi pembangunan bank sampah di Desa Pacarkeling.
“Untuk mekanisme pencatatannya, masyarakat bisa memilah sampah secara mandiri dari rumah dan membawa sampah non organik yang memiliki nilai jual ke Bank Sampah Gempar,” ujar Sudarmadi.
Tidak hanya dibangunkan bank sampah, masyarakat juga diberikan edukasi dan pelatihan terkait bagaimana pengelolaan sampah yang baik dan sesuai standar. Termasuk menyediakan sarana dan prasarana tempat sampah hingga alat pengangkut sampah.
Sudarmadi juga merencanakan akan memberikan pelatihan budi daya ulat maggot yang dinilai bisa mengurai sampah-sampah anorganik. Nantinya ulat maggot bisa dijual kembali atau dimanfaatkan warga sebagai pakan ternak ikan lele.
“Kami berharap dapat mengubah perilaku masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terutama dalam mengelola sampah rumah tangga dengan baik dan benar secara mandiri,” imbuhnya.
Pendirian bank sampah Desa Pacarkeling ini pun diapresiasi secara positif oleh Wakil Bupati Pasuruan Mujib Imron. Dia menyatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan jumlah bank sampah di setiap desa lewat program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB).
“Kami menyadari untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah yang tidak terkelola dengan baik dibutuhkan peran aktif masyarakat dan dukungan sektor lain, termasuk pihak swasta,” ungkapnya.
Perwakilam Consulate General of Japan di Surabaya Takeyama Kenichi berharap dengan adanya bank sampah di Desa Pacarkeling ini bisa menjadi role model dan ditiru di daerah-daerah lain. Dia melanjutkan, tidak hanya di wilayah Kabupaten Pasuruan, tapi juga di berbagai daerah lain di Jawa Timur.
“Saya mewakili Pemerintah Jepang berharap program ini terus berlanjut bahkan memunculkan perusahaan atau daerah yang mengadopsi program seperti ini sehingga terus memberikan manfaat bagi kelestarian lingkungan untuk bumi yang lebih baik,” ujarnya.