Ia juga menceritakan bahwa pada awalnya ia keteteran karena harus tetap bertanggung jawab pada studinya, dan di waktu yang sama juga sibuk menjadi relawan MBLC.
“Tentu awalnya itu agak keteteran dan bingung. Terus ada kan guru yang harus mengumpulkan tugas tepat waktu, tapi saya telat. Lalu saya jelaskan saya menjadi relawan dan ditoleransi sama guru. Dan saat ini saya sudah gak kaget lagi,” paparnya.
“Sekarang kalau ada pelajaran daring, saya buka Google Meet di kantor MBLC. Dan biasanya pagi sebelum menjadi relawan saya mengerjakan tugas. Jadi udah kebiasaan. Saya juga biasanya kalau gak ada bantuan atau mengepak bantuan, saya ya face time ini. Kalau ada, saya baru bantu,” tuturnya.
Sementara orang tuanya juga tidak mempermasalahkan kegiatannya yang padat. Orang tuanya hanya mengingatkan agar tetap menjaga kesehatan.
“Orang tua selalu diingatkan protokol kesehatan saja dan minum vitamin begitu. Intinya orang tua saya mendukung,” tegasnya.
Sempat Non-Aktif Kala Kasus Covid-19 Turun
Koordinator MBLC, Cempaka Ayu Alidia, menjelaskan bahwa MBLC sudah ada sejak Maret 2020 lalu. Namun, sempat non-aktif seiring mulai menurunnya penyebaran Covid-19 beberapa waktu lalu.
“Lalu akhirnya Juli 2021 kemarin hadir lagi karena PPKM ada dan kasus Covid-19 juga sudah meningkat,” paparnya.
Ia menjelaskan bahwa MBLC ini hadir karena kesadaran bahwa tidak semua orang yang terdampak Covid-19 ini tersentuh oleh bantuan pemerintah.
“Orang-orang yang tidak tersentuh inilah kami bantu dengan paket sembako sampai yang isoman itu kami pinjami tabung oksigen,” tuturnya.
Sampai saat ini, sudah ada ratusan relawan yang bergabung, dan oara relawan ini juga menyebarkan 750 paket sembako.
“Kami membuka relawan untuk semua yang ingin membantu dari warga untuk warga di masa Pandemi Covid-19. Dan hingga saat ini sudah membagikan 750 paket sembako di 57 titik di Malang Raya,” pungkasnya.