TRENGGALEK, Tugujatim.id – Kabupaten Trenggalek yang memiliki jajan kuliner tempe keripik dan alen-alen ini juga memiliki destinasi wisata berupa gua yang diklaim menjadi gua terpanjang se-Asia Tenggara. Namanya Gua Lowo. Bahkan, untuk masuk dan menjelajahi gua terpanjang ini perlu waktu dan tenaga yang ekstra.
Nama Gua Lowo diambil dari mayoritas penghuninya yaitu lowo dalam bahasa Indonesia yang berarti kelelawar. Gua tersebut dijadikan rumah kelelawar yang menggantung di sudut langit-langit gua. Tak hanya untuk sekadar jalan-jalan, pengunjung juga bisa belajar pengetahuan soal gua.
“Konon, panjang gua ini berdasarkan catatan yaitu sekitar 2 kilometer (km),” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek Sunyoto.
Merujuk pada hasil beberapa peneliti gua asal luar negeri bertahun-tahun lalu, total panjang itu hanya sekitar 850 meter yang bisa dijelajahi oleh para pengunjung. Untuk menjelajahi sisanya panjang gua, pengunjung harus menyelami sungai dengan kedalaman hingga 10 meter.
Nah, menjelajah separo dari akses jalur yang bisa dilalui sudah cukup bagi mereka yang sekadar ingin bersantai. Sementara bagi mereka yang berjiwa petualang, bisa menyusuri sampai titik paling ujung dekat sungai bawah tanah.
Di dekat jalur paling ujung ini, ada juga sarang gerombolan kelelawar. Mulai sore menjelang malam, hewan-hewan ini akan aktif keluar-masuk gua.
“Kalau pukul 17.00, banyak kelelawar yang keluar-masuk gua,” kata Suyono, salah satu penjaga wisata Gua Lowo.
Di salah satu titik lain, ada juga langit-langit gua dengan lubang yang menganga. Ini memungkinkan pengunjung melihat langit dari dalam gua apabila berdiri tepat di bawahnya. Sementara hampir di seluruh penjuru gua, dari akses pintu masuk hingga jalan ujung, stalaktit dan stalagmit memenuhi tiap sisi dengan aneka bentuk. Hanya saja, sebagai catatan, gua ini memiliki pemandangan yang cukup temaram.
Lampu-lampu yang tersedia belum mencukupi untuk pengunjung menikmati tiap lekuk gua dengan mata telanjang. Jadi, ada baiknya pengunjung membawa alat penerangan sendiri. Tapi, jangan kaget ya jika ada aroma kurang sedap ketika berada di dekat lokasi sarang kelelawar.
Suyono juga mengatakan, Gua Lowo paling banyak dikunjungi wisatawan ketika hari libur dan akhir pekan. Jumlah rata-rata kunjungan saat liburan mencapai 500-600 orang per hari. Namun, di saat pandemi, pengelola membatasi jumlah pengunjung. Pengunjung harus masuk-keluar secara bergantian per rombongan agar tak memicu kerumunan.
Aby Karuniawan, salah satu pengunjung, menganggap Gua Lowo cukup menarik untuk dijelajahi. Dia membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk menikmati setiap sudut dan lekuk gua tersebut.
“Ini tempat yang cukup indah untuk direkomendasikan. Apalagi aksesnya mudah. Dan juga searah dengan tempat wisata lain, seperti deretan pantai di wilayah Prigi yang cukup terkenal,” kata Aby.
Hanya, menurut dia, perlu fasilitas pendukung yang mumpuni di tempat wisata tersebut.
“Kalau saya lihat, lampunya kurang terang. Jadi, membuat lebih susah untuk menjelajahinya,” sambungnya.