Gubernur Jatim Tekankan Karakter Santun dan Akhlak di Haul ke-546 Sunan Ampel

sunan ampel tugu jatim
Gubernur Jawa Timur, Khofifah tahlil saat ziarah di Haul ke-546 Sunan Ampel Surabaya. Foto: Instagram Khofifah

SURABAYA, Tugujatim.id Hadir di tengah-tengah peziarah pada gelaran Haul ke-546 Sunan Ampel Surabaya pada Jumat (10/3) malam, Gubenur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menekankan pentingnya karakter kesantunan dan akhlak.

“Tadi malam saya berkesempatan menghadiri Haul ke-546 Raden Rahmat Sunan Ampel. Bersama para peziarah yang lain kami memanjatkan doa kepada Allah SWT, dzikir, dan tahlil,” kata Khofifah, pada Sabtu (11/3/2023).

Dimulai dengan tahlil bersama menjelang maghrib, kemudian dilanjut dengan pengajian khusus Muslimat saat malam hari.

Diketahui, haul agung itu dilaksanakan pada 10-13 Maret 2023. Sejak hari pertama, para peziarah datang silih berganti memenuhi area makam.

Khofifah mengatakan, Raden Rahmat Sunan Ampel Surabaya memiliki karomah yang tinggi. Sebagai salah satu Wali Songo, Raden Rahmat memiliki kemampuan menata akhlak dan ketertiban masyarakat.

“Sunan Ampel adalah salah satu Wali Songo memiliki karomah yang sangat tinggi. Sosoknya dikenal sebagai wali yang mampu menata akhlak, menata kesantunan, dan menata ketertiban masyarakat,” paparnya.

Lebih lanjut, Ketua PP Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut menekankan agar masyarakat dapat menyerap nilai-nilai yang tertanam dalam diri Sunan Ampel. Salah satunya terkait kesantunan dan akhlak.

“Yang ditanamkan oleh Sunan Ampel karakter kesantunan dan karakter akhlak. Oleh karena itu, haul ini merupakan momentum yang tepat untuk kita jadikan sebagai refrensi bersama karena Sunan Ampel juga merupakan punjernya Kota Surabaya dan Jawa Timur,” ujarnya.

Selain itu, Khofifah menuturkan bahwa ajaran Sunan Ampel Mo Limo dapat diingat dan diterapkan oleh masyarakat sebagai bentuk revolusi karakter bangsa.

“Dalam berdakwah, Sunan Ampel menekankan prinsip Mo Limo dalam dakwahnya. Mo Limo itu berisi Mo Main (tidak bermain), Mo Ngombe (tidak minum), Mo Maling (tidak maling), Moh Madat (tidak menghisap candu), dan Moh Madon (tidak bermain perempuan),” pungkasnya.