MALANG, Tugujatim.id – Harga kedelai impor yang semakin naik sejak Februari 2022, membuat para perajin tempe dan olahan lainnya terpukul dengan kondisi tersebut. Akibatnya, mereka hingga berhenti berproduksi untuk sementara waktu. Salah satunya seperti yang terjadi pada perajin tempe di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Kenapa hal itu sampai terjadi?
Tentu saja hal ini terjadi karena perajin tempe semakin kesulitan untuk menyeimbangkan modal dan daya jual tempe karena harga kedelai yang melambung.
Salah satu anggota Karyawan Administrasi Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (KOPTTI) Pakis Kabupaten Malang Atik menyampaikan, sebanyak 358 anggotanya yang berada di Kabupaten Malang merasakan dampak yang besar dengan kenaikan harga kedelai tersebut.
“Hampir setengah perajin tempe yang berhenti produksi. Tapi, untuk spesifik jumlahnya saya tidak tahu karena ketua KOPTTI sendiri sedang sakit. Jadi, saya tidak bisa menyebutkan berapa jumlah perajin yang berhenti produkso. Kami saja baru mau mengadakan rapat terkait hal itu,” ujarnya pada Sabtu (26/02/2022).
Dia mengungkapkan, tak jarang perajin tempe dan tahu yang berada di daerah tersebut mengeluh dengan kenaikan harga kedelai. Jadi ada beberapa perajin yang memilih untuk menunggu agar harga kedelai stabil kembali untuk melakukan produksi.
“Saya sempat berkunjung ke beberapa perajin tempe dan tahu. Saya pun bertanya kenapa kok nggak jualan, mereka jawabnya ya karena harga kedelai naik. Tapi, beberapa perajin itu kalau ada modal, ya jualan. Kalau nggak ada, ya mereka berhenti,” ungkap karyawan yang telah bekerja selama 25 tahun tersebut.
Karyawan yang berasal dari Tulungagung dan menetap di daerah Pakis itu menyampaikan, KOPTTI tidak bisa mengendalikan naik turunnya harga kedelai, maka harus ada campur tangan pemerintah yang mengatasinya. Sedangkan bagi para perajin, dia harap agar bisa memahami kondisi dan menghadapi kenaikan harga kedelai secara bijak.
“Dari sisi perajin memang seharusnya bisa kompak. Misalkan harganya dinaikkan, maka harus naik semua juga agar paling tidak mendapatkan modal dan tidak rugi, atau bisa mengubah ukuran tempe,” ujarnya.