Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Tanto Wijohari juga menyampaikan acara ini juga sebagai wadah memperkenalkan batik Kota Kediri pada generasi muda.
“Batik merupakan sebagai warisan budaya bangsa, terutama di Kota Kediri juga memiliki ciri khas motif batik tersendiri. Jadi ini dapat mendekatkan generasi muda dengan variasi batik yang ada, dan mereka tidak gengsi untuk pakai batik Kota Kediri,” ujar Tanto.
Tidak melulu ikon dan ciri khas Kota Kediri yang diabadikan dalam motif batik masa kini. Namun batik juga dapat disuguhkan dengan motif berbagai rupa seperti produk Batik Djajawarsa milik Richa Widyasari.
“Saya pernah mendapat pesanan dari Papua dengan motif burung cendrawasih dan buah matoa, itu pada saat tahun pertama merintis usaha ini. Selain itu, saya juga layani pesanan batik kustom dengan motif vespa, pokemon, barbie, dan itu bisa dipesan 1 lembar saja,” ujar Richa yang mulai membuka usaha batik pada tahun 2019.
Ia mengaku bahwa selama pandemi, ia fokuskan penjualan dengan cara jemput bola baik datang langsung ke pembeli atau melalui Whatsapp. Itulah yang membuat produknya dapat bertahan hingga sekarang. Saat ini per bulan ia masih mampu mengerjakan 20 potong batik.
Mengusung Batik Djajawarsa, Richa pun juga menjadi salah satu peserta “Batik Corner” yang diadakan sampai Minggu (03/10). Ia pun berharap acara ini dapat mengajak masyarakat Kota Kediri untuk menggunakan batik.
“Impian untuk bisa ekspor pasti ada, sambil sekarang belajar dokumen apa saja yang perlu disiapkan. Namun kepengennya saya sebenarnya orang Indonesia sendiri yang pakai batik. Bahkan orang Kota Kediri pakai batik dari kotanya sendiri. Semoga dengan adanya acara ini, masyarakat jadi tahu kalau Kota Kediri punya batik dan ada pembatiknya,” tambah Richa.
Di akhir, Richa berharap semakin banyak kesempatan perajin batik Kota Kediri mengikuti pameran dan terus didukung oleh Pemkot Kediri.