PACITAN, Tugujatim.id – Pada Selasa, 1 Maret 1949, serangan besar-besaran terjadi di ibu kota Indonesia, Yogyakarta. Peristiwa yang dikenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret 1949 itu menjadi ajang pembuktian pada pasukan Belanda dan dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih memiliki kekuatan. Salah satu pimpinan utamanya yakni Jenderal Besar Sudirman.
Sebelum melakukan serangan ke Yogyakarta untuk menyikapi Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948 tersebut, Sudirman menyusun kekuatan pasukan gerilya di hutan lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Sobo, Kabupaten Pacitan. Bahkan, saat ini, sebuah Monumen Jenderal Sudirman berdiri menjulang tinggi tak jauh dari Sobo, tepatnya di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. Lalu bagaimana jejak perjuangan Jenderal Sudirman di Desa Pakis Baru ini?
Berdasarkan sejarah melansir dari situs desa setempat, Desa Pakis Baru yang dulunya hanya bernama Pakis ini dipilih menjadi markas pasukan gerilya karena letaknya strategis untuk dijadikan tempat persembunyian. Dengan lereng-lereng perbukitan, kontur pegunungan, dan hutan yang masih lebat.
Jenderal Sudirman saat itu diketahui tinggal di kawasan Dukuh Sobo selama kurang lebih tiga bulan yakni sejak 1 April 1949 sampai 7 Juli 1949.

Berdasar data penelitian yang dilakukan Nur Hidayati dan Abrahan Nurcahyo, dalam artikelnya yang berjudul “Kesadaran Sejarah dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Monumen Jenderal Soedirman (Studi Kasus Di Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan)”, Monumen Jenderal Sudirman yang bersejarah tersebut dibangun di gunung Gandrung yang merupakan tempat berhentinya Jenderal Soedirman bersama rombongan pasukannya untuk mengganti tali temali tandu Jenderal Sudirman sekaligus pergantian personel yang memikul tandu tersebut.
Desa Pakis Baru ini sendiri berada pada ketinggian 1.150 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan daratan sekitar 25-40% dan wilayahnya didominasi perbukitan.
Awalnya desa ini hanya bernama Pakis yang termasuk desa terpencil di Nawangan. Asal usul nama Pakis berasal dari nama tumbuhan pakis yang hingga kini banyak dijumpai di wilayah tersebut. Selain itu, nama Pakis juga merujuk pada tempat asal kepala desa yang memimpin pada masa awal terbentuknya pemerintahan, yaitu berasal dari lingkungan Pakis yang berada di sebelah timur Monumen Jenderal Sudirman.
Pada tahun 1970, melalui peran putra Kepala Desa Pakis yaitu Roto Suwarno, Desa Pakis mulai mendapat perhatian dari pemerintah. Roto Suwarno sendiri merupakan kurir Jenderal Soedirman ketika beliau masih bermarkas di Dusun Sobo.
Kawasan ini kemudian tersentuh pembangunan akses jalan dan infrastruktur hingga pembangunan Monumen Jendral Soedirman pada 29 Januari 1981 yang bertepatan dengan peringatan hari wafatnya Jenderal Soedirman.
Adanya pembangunan monumen raksasa ini, memberikan perubahan yang luar biasa bagi Desa Pakis. Kawasan yang secara administratif terletak sekitar 15 km dari ibu kota Kecamatan Nawangan, dan kurang lebih 50 km dari ibu kota Kabupaten Pacitan ini semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, desa yang awalnya hanya bernama Pakis ini berubah menjadi Desa Pakis Baru.
Pembangunan destinasi wisata sejarah pun dikembangkan. Pasalnya, desa ini memiliki peran penting dalam perjuangan pasukan gerilya dan TNI saat menahan Agresi Militer Belanda II dan mempertahankan kemerdekaan RI.