Jual Jamu Beromzet Rp 30 Juta, Perempuan di Bojonegoro Tetap Sukses di Tengah Pandemi

Anis Ekowati, pemilik jamu tradisional "Pacul Permai" di Desa Pacul, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro. (Foto: Mila Arinda/Tugu Jatim)
Anis Ekowati, pemilik jamu tradisional "Pacul Permai" di Desa Pacul, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro. (Foto: Mila Arinda/Tugu Jatim)

BOJONEGORO, Tugujatim.id – Apakah Anda menyukai minum jamu? Barangkali Anda juga sudah nggak asing ketika mendengar kata jamu? Nah, melalui jualan jamu, perempuan asal Bojonegoro ini bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta per bulan lho. Bagaimana kisah perjalanan usahanya dalam berjualan jamu? Simak wawancara Tugu Jatim bersama Anis Ekowati, pemilik rumah produksi “Pacul Permai” yang sukses dalam menjalankan usahanya.

Saat Tugu Jatim mewawancarai Anis Ekowati, dia begitu ramah dan berpenampilan sederhana. Siapa sangka jika pembuat jamu tradisional ini menggeluti dunia perjamuan sudah selama 11 tahun. Untuk produk yang dia jual pun bermacam-macam. Mulai dari jamu beras kencur, kunyit asem, kunci sirih delima putih, gepyok, kulit manggis, daun sirsak, temulawak, kunyit putih, dan sinom yang memiliki manfaat berbeda-beda.

Dalam menjalankan usahanya, Anis sudah mengalami banyak pasang surut dalam memperjuangkan dan mempertahankannya. Namun, hal itu sebanding dengan keuntungan yang dia peroleh, yaitu meraih omzet hingga Rp 30 juta per bulan.

Anis menceritakan awal mula membuat jamu tradisional ini ketika membuat suguhan untuk tamu ketika Lebaran. Karena banyak yang menyukai, Anis lantas mencoba menjualnya.

“Dulu saya jualnya masih pakai gendongan dengan berkeliling dari rumah ke rumah buat nawarin ke orang-orang,” kata Anis pada Sabtu (27/03/2021).

Karena peminatnya yang semakin banyak, dia berinisiatif untuk memasarkannya menggunakan botol.

“Dulu saya dapat Rp 100 ribu saja sudah senang. Terus pas 3 bulan awal berjualan, jamunya saya taruh di botol bekas yang dicuci bersih. Tapi, karena banyak permintaan dari pelanggan, saya memakai botol yang baru,” katanya.

Saat ini Anis bersama tiga karyawannya bisa memproduksi 200 botol jamu per hari. Menurut dia, yang paling diminati masyarakat adalah jamu sinom, kunyit asem, dan beras kencur.

Untuk harganya, mulai dari Rp 7 ribu-Rp 10 ribu per botol. Sedangkan produk jamunya sendiri bisa awet selama 4 hari jika dibiarkan di ruangan terbuka, tapi jika dimasukkan ke kulkas awet hingga sebulan.

Tak tanggung-tanggung, jamu yang memiliki rumah produksi di Perumahan Pacul Permai Indah, Desa Pacul, ini telah dipasarkan ke seluruh wilayah Bojonegoro, bahkan hingga ke Cepu, Babat, dan Lamongan.

Namun, Anis mengaku merasakan penurunan omzet saat menghadapi pandemi Covid-19 seperti saat ini.

“Penurunannya bisa sampai 70 persen, dulu bisa dapat Rp 30 juta, kalau sekarang Rp 15 juta lebih sedikit,” tuturnya. (Mila Arinda/ln)